Wanita itu seorang istri tersiksa jiwa raga akibat suaminya ketahuan memiliki wanita idaman lain. Renita sangat membenci pelakor yang telah merebut suaminya, Romario.
Satu waktu Renita mengeluhkan perangai suaminya yang berubah drastis. Kerap berkata keras. Seringnya memukul. Pangkal perkaranya adalah wanita idaman lain.
Pada malam ketika suaminya pulas, Renita mengusap layar. Percakapan antara Romario dengan wanita yang diduga selingkuhan terjalin mesra.
Kala matahari baru mendelik, Renita mendamprat Romario. Histeris menggugat isi percakapan. Tentu saja suami buaya darat itu menyanggah. Suara keras melemparkan bentakan.
Marah tidak terkendali. Tanpa menyadari tangannya berkali-kali menyentuh pipi mulus Renita. Bukan mengusap lembut, tetapi menampar keras.
Pagi merah dengan atmosfer amarah. Tanpa mengeluarkan barang satu kata Romario membanting pintu. Pergi entah ke mana.
Renita mengusap pipi memerah. Menahan tangis menekan nama seorang pria di layar. Di rumah lain telepon genggam bergetar.
“Rudolfo, hikz. Bajingan itu memukul lagi,” lantas Renita berkicau panjang lebar tentang persoalan rumah tangganya.
Tak perlulah diurai, kisah yang diceritakan berulang-ulang kepada Rudolfo yang mulai bingung.