Vinny meradang. Mencekik leher lady bird. Burung biru lalu mendelik.
"Memang ada yang salah dengan pilihan untuk tak punya anak? Tidak, kan?"
Cuitan lantang meledak-ledak. Menantang kecaman warganet tentang pilihan hidup childfree. Sehari sebelumnya media sosial Vinny mengumbar pernyataan: pilihan tidak punya anak bisa membuat awet muda.
"Tidak membebani perut. Tidak membebani hidup!"
Rudolfo, suami betulan dari Vinny mengangguk. Berusaha mengangkat ujung bibir sedikit ke atas, kendati kemudian tampak janggal.
Narasi Vinny adalah dua halaman artikel sebagai pembenaran. Isinya:
- Pertama, ia ingin terus berusia 30 sekalipun tahun-tahun kasih sayang berlalu. Tubuh kencang. Wajah tidak berkeriput. Postur tipis.
- Kedua, ia tidak ingin perut langsingnya terbebani embrio. Enggan minum vitamin dan obat penguat kandungan. Tidak hendak mengalami kesakitan dari proses persalinan.
- Ketiga, ia tidak ingin mengorbankan waktu bersosialisasi di dunia gemerlap demi mengurus anak. Tidak mau dikencingi pun diberaki oleh bayi.
- Keempat, ia merasa sayang mendebit rekening untuk membiayai makan, sandang, dan pendidikan anak.
- Kelima, pastinya Vinny hanya ingin berdua dengan Rudolfo untuk selamanya.
Selebihnya, silakan cari artikel dimaksud di Kompasiana. Klik, lantas baca sendiri.
Pada tahun-tahun selanjutnya, perjalanan bahtera rumah tangga kedua pasangan yang merasa awet muda berlangsung baik-baik saja.
Tahun pertama ya tentu saja dijalani dengan bahagia berdua (yang lain kos). Tahun ketiga, keadaan romantis masih meliputi. Ditambah aktivitas hang-out dan wisata keliling dunia. Tahun kelima, Vinny tambah ceria, tampak awet muda, dan tidak terbebani.
Rudolfo makin sayang. Tidak pernah mengeluh, kendati di rumah besar tidak ada suara anak-anak. Pria ganteng itu kian sibuk membesarkan bisnis. Kerap melakukan perjalanan ke luar kota dalam rangka pekerjaan.
"Perusahaan berkembang. Ada rencana buka cabang di Bandung. Aku mesti sering ke Kota Kembang."
"Gak nginep kan, Honey?"
"Mungkin tidak. Mungkin iya. Tergantung bagaimana situasi pekerjaan di sana."
"Baiklah. Kalau begitu, take care, Honey."
"I love you, istriku yang awet muda. Oh ya, hari ini aku memesan meja di restoran paling mewah di kota besar ini. Kita makan malam merayakan hari valentine."
"Ah, so sweet banget. Honey, my hubby" seru Vinny melompat untuk memeluk mesra Rudolfo.
***
Rudolfo mengemudi sedan mewah terbaru gegas memasuki halaman parkir sebuah Rumah Sakit terkenal.
Dada pria ganteng berdenyut. Hatinya serupa gelombang lautan, sebagai gemuruh petir bersahutan, sekaligus taman bunga berwarna-warni indah.
Di kamar VVIP Rudolfo berkata penuh cinta, "aku bantu ya bangkit dari tempat tidur lalu engkau duduk di kursi roda ini."
Suara halus lembut menyahut, "terima kasih. Akang memang penuh perhatian. Anak kita?"
Perawat mengangkat bayi sudah berselimut. Menyerahkan kepada sang ibu yang berbahagia.
Demikian juga dengan Rudolfo. Ia tidak mampu menahan ujung bibir yang tak henti-hentinya terangkat ke atas.
Lebih dari lima tahun. Menunggu untuk menunjukkan bahwa ia benar-benar pria yang memiliki generasi penerus.
"Akang, ke mana kita?"
"Rumah kita yang selama beberapa bulan terakhir aku bangun."
"Akang meni bageur pisan.")*
"Demi istri nu geulis)* dan anak kita," Rudolfo tersenyum bahagia
Sedan mewah terbaru meluncur mulus di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda menuju Bukit Dago, satu daerah sejuk di Kota Bandung.
)*Akang meni bageur pisan artinya Akang baik banget; nu geulis = nan cantik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H