Ia malas bergerak. Hampir seharian maunya tiduran. Padahal bisa jalan, kendati tidak sesempurna orang normal. Bagaimana bisa lebih sehat?
Pada sebuah halaman, meja-meja membentuk huruf L. Etalase kaca menampilkan aneka buah segar dan ubi merah mentah. Di sampingnya terletak dua buah cobek ukuran besar, lalu tampah isi beragam sayur rebus.
Menjual gado-gado, karedok, dan rujak buah.Â
Saya memesan rujak. Sedang, pedasnya.
"Pagi-pagi makan rujak?"
Dibungkus untuk disantap setelah makan siang. Untuk dimakan di tempat, saya memesan lagi seporsi gado-gado no lontong.
Mengetahui saya sengaja jalan kaki sejauh satu kilometer dari rumah, wanita yang sedang mengulek bumbu terheran-heran. Lantas mengeluhkan suaminya yang enggan keluar rumah untuk sekadar berjalan-jalan.
"Ia malas bergerak. Hampir seharian maunya tiduran. Padahal bisa jalan, kendati tidak sesempurna orang normal."
Mata menumbuk stiker di kaca bertuliskan Program Keluarga Harapan. Pandangan menembus ruang tamu rumah sederhana. Terlihat selembar kasur tipis di lantai. Seorang pria tergeletak di atasnya.
Menurut penjelasan wanita paruh baya penjual gado-gado/karedok/rujak, suaminya setiap hari minum obat penurun tekanan darah tinggi dan pengencer darah.Â