Tambah nendang bila makan nasi putih ditemani sambal, ikan pindang goreng, dan jengkol! Hmmmm....
Mencecap nasi dari beras merah lebih hambar, dengan jalinan serat lebih keras dan garing tanpa rasa. Kurang enak.
Muncul pertentangan batin. Demi mendamaikan antara tujuan kesehatan dengan keelokan rasa, selanjutnya saya mencampur dua macam beras. Nasi merah putih.Â
Makan nasi merah campur nasi putih mungkin memperbaiki rasa, tapi apakah jadi lebih baik bagi saya? Kita lihat.
Tibalah waktu pemeriksaan. Hasil laboratorium menunjukkan, kadar kolesterol total dan LDL (low-density lipoprotein/kolesterol jahat) berada di bawah ambang batas. Normal.
Namun laporan itu juga menuliskan kadar trigliserida tinggi. Bahkan naik dari sebelumnya menjadi 218 mg/DL (batas aman 150 mg/DL).
Kata arek Ngalam)*, "blaen iki Sam, Sampeyan kadit tahes!")**
Demi mengetahui bahwa saya memakan nasi merah campur nasi putih, sontak dokter menekankan agar hanya makan nasi dari beras merah.Â
Lalu menghindari makan nasi putih dan makanan berbahan tepung, jajanan, dan segala yang dapat memicu kenaikan kolesterol dan trigliserida.
Murni nasi dari beras merah. Tidak dicampur beras putih. Titik!
Maka sejak saat itu saya mendapatkan sumber karbohidrat hanya dari nasi beras merah. Tidak dicampur dengan nasi putih. Bagi saya, itu lebih baik agar trigliserida terkendali.