Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengenali Gejala dan Menghadapi Stroke: Sebuah Refleksi

8 Januari 2023   20:58 Diperbarui: 10 Januari 2023   00:30 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kenali gejala stroke dan cara menghadapinya. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Seorang kerabat menanyakan kabar termasuk kapan berkunjung lagi ke rumahnya. Kemudian terkejut ketika mendengar keadaan kesehatan saya.

Lebih dari lima tahun lalu saya sedang mengerjakan beberapa proyek di Taman Hutan Rakyat (Tahura). Pada saat-saat luang turun gunung mampir ke jalan Teuku Umar Bandung, tempat tinggalnya.

Bahwa saya terserang stroke membuatnya terkejut, karena baru mengetahui. Saya tidak mengabarkan, Desember 2018 mengalami penyumbatan aliran darah ke kepala, sehingga membuat sebagian sel dalam otak tidak berfungsi.

Pria sebaya saya itu patut merasa khawatir, mengingat ayah kandungnya berpulang akibat stroke. Berkaitan dengan itu ia menanyakan banyak hal tentang faktor risiko stroke dan bagaimana cara menghadapi.

Kemudian saya menjelaskan menurut pengalaman dan apa yang dirasakan atau dilakukan setelah serangan. Meskipun tidak selengkap keterangan dokter dan situs kesehatan, saya membagikan mumpung belum luntur dari ingatan.

Pemicu

Sebelumnya saya amat jarang memeriksakan diri ke dokter. Tidak ke klinik juga berarti tidak mengetahui kondisi tekanan darah. Hanya tahu kadar asam urat tinggi ketika kaki bengkak yang kadang diobati, paling sering didiamkan saja sampai reda.

Saat merasakan satu lengan kesemutan, saya tidak bertanya ke dokter. Perhatian besar kepada pekerjaan membuat saya tidak sempat memeriksakan diri. Enggan juga, entar dokter menyuruh saya untuk beristirahat.

Tidak bisa! Pekerjaan demikian menuntut agar 24 jam berpikir dan mengeluarkan tenaga. Alhasil, berkurang waktu untuk istirahat bagus. Berolahraga pun taksempat.

Makan berantakan, apa saja makanan dilahap tanpa menimbang, bahwa usia di atas 40 tahun mesti berhati-hati dalam memilih makanan.

Sering menghadapi situasi di mana emosi tinggi meluap. Ya iyalah, saya harus bersikap galak banget ketika menghadapi gerombolan yang datang ke proyek meminta uang. Kalau lembek, bisa bisa dimakan oleh mereka. Belum lagi menghadapi mandor dan tukang bandel.

Sering makan serba enak akan menumpuk kolesterol. Mudah marah mengakibatkan tekanan darah tinggi. Itu yang saya alami dan kesadaran tersebut datang demikian terlambat.

Ilustrasi oleh geralt dari pixabay.com
Ilustrasi oleh geralt dari pixabay.com

Oleh karena itu, saya mengingatkan kepada siapa saja agar:

  • Lebih mendahulukan kesehatan diri daripada pekerjaan. Saat terserang stroke, pekerjaan tidak akan menolong.
  • Istirahat cukup.
  • Tidak ada guna memikirkan pekerjaan ketika di rumah. Nikmati hidup!
  • Makan sayur, buah, dan makanan rendah lemak secukupnya, tidak berlebihan.
  • Mengendalikan emosi. Salah satunya, perdebatan kadang kala berujung pada kemarahan. Hindari debat kusir. Sia-sia. Toh tidak bakalan mati jika kalah argumen.
  • Rutin berolahraga.

Keterlambatan Penanganan

Penanganan cepat dan tepat adalah kunci agar penderita stroke tidak mengalami cacat seumur hidup bahkan kematian.

Saya merasakan sakit kepala hebat, badan lemah inginnya berbaring saja, dan lama kelamaan sebagian tubuh sulit digerakkan, dan cara berbicara terbata-bata. Mandor dan tukang tidak mengerti tentang sakit yang saya derita.

Saya pun tidak menyadari. Ngopi sambil merokok memikirkan, apa yang sedang saya alami?

Bingung, besoknya saya mengirimkan pesan dan titik penjemputan di Sumedang kepada anak saya di Jakarta. Di Bogor langsung masuk UGD lalu dirawat selama dua minggu.

Terlambat. Saya sudah melampaui golden period 3,5 jam setelah mengalami gejala. Atau menurut Kemenkes RI dianjurkan agar penderita ditangani tidak lebih dari 2,5 jam (kompas.com).

Ada yang bilang, masa keemasan penanganan stroke adalah 4,5 jam. Saya kira tidak perlu diperdebatkan. Kelamaan! Lebih penting membawa orang dengan gejala stroke secepat mungkin ke UGD. Bukan ke dukun.

Gejala awal serangan stroke yang benar-benar saya rasakan adalah:

  • Ketika baru bangun tidur ada perasaan malas tidak seperti biasanya.
  • Di kamar mandi tangan kanan (saya kena bagian kanan) tidak mengangkat gayung ke atas kepala.
  • Cenderung lebih sensitif, misalnya mudah marah terhadap sesuatu yang mestinya tidak perlu membangkitkan emosi.
  • Sakit kepala.
  • Berbicara mulai terbata-bata sedikit pelo.
  • Kaki dan tangan kanan sulit digerakkan. Kalau berjalan hanya bertumpu kepada kaki kiri, tangan kiri memegang sesuatu untuk menahan badan.
  • Mendadak tidak cerdas.

Menghadapi Kenyataan Pascaperawatan

Keluar dari rumah sakit menghadapi kenyataan semua orang merasa iba. Saya kesal menerima sikap yang menyatakan kasihan itu.

Sekali lagi, saya cenderung sensitif. Sangat perasa. Gampang sedih. Tertawa tanpa terkendali. Marah dan merasa sebal terhadap perkara yang sangat sepele.

Selain itu kesal berobat tiap bulan ke dokter saraf, makan obat setiap hari, pergi ke pengobatan alternatif, tetapi tidak memulihkan kondisi tubuh seperti semula.

Dari pengalaman di atas selanjutnya saya melakukan hal sebagai berikut:

  • Belajar mengendalikan kemarahan dengan berusaha memahami keadaan atau orang lain, tidak melibatkan diri dalam perdebatan sia-sia, dan segera menyingkir dari keadaan yang memicu marah.
  • Rutin berkonsultasi dengan dokter dan minum obat.
  • Melakukan terapi. Banyak cara, dari mulai terapi medis, berjalan kaki, menulis, sampai terapi Reiki (terima kasih kepada Bu Roselina dan Pak Tjipta).
  • Jangan dengar kata orang orang! Tidak sedikit teman, kenalan, dan orang di jalan menawarkan pengobatan alternatif. Jangan percaya, karena yang mengiklankan adalah orang-orang sehat yang belum pernah kena stroke.
  • Menjalankan pola makan sehat dan gaya hidup sehat. Sekarang saya terbiasa tidur pukul delapan malam.
  • Berupaya keras untuk lebih sehat setiap hari. Pulih adalah karunia dari-NYA.
  • Berdoa.
  • Terakhir, menyadari bahwa stroke bukan akhir dari segalanya. Ia adalah jalan hidup yang telah dipilih pada masa lalu: hidup sehat atau mencari sakit? Your life is up to you! Dengan itu nikmati saja keadaan sekarang dengan berpikir positif.

Demikian refleksi yang bisa saya sampaikan. Kalau bisa, tidak usah ikut barisan penderita stroke. Sudah terlalu banyak!

Cara-cara mengenali dan menghadapi stroke di atas adalah versi saya yang masih menempel di ingatan. Anda dapat mencari informasi lebih lengkap kepada para ahli, serta situs kesehatan terpercaya dan Kementerian Kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun