Pengikat dan perekat dilepaskan dari orang-orang yang gemetar itu.
"Kami dirampok!" Bapak bertubuh subur menyeru terengah-engah.
Emosional dan kesulitan mengangkat tubuh tambunnya ia menceritakan urut-urutan peristiwa, meskipun tidak semua keterangan disebut dengan rinci.
Orang-orang saling berpandangan. Salah satu, anggaplah sebagai pemimpin rombongan, menunjukkan surat tugas kepada pejabat kota yang kemudian tersenyum.
"Silakan periksa setiap bagian dari rumah ini. Kalau perlu sampai ke lubang paling terkubur."
Dengan itu rombongan menggeledah kamar-kamar lantai bawah dan atas, ruang gelap di atas plafon, garasi dengan empat mobil, halaman luar, halaman dalam, serta sudut-sudut yang tidak mungkin terlewatkan mata.
Hasilnya? Nihil!
Hanya ada jejak berupa kekacauan.
Rombongan meninggalkan rumah mewah pejabat kota. Kembali ke kantor membawa tangan kosong. Tiada bukti.
Maka OTT, Operasi Tangkap Tangan malam itu pun tidak bagus alias gagal.
Catatan: cerita di atas semata-mata adalah fiksi.