Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

15 Faktor Penentu agar Bisnis Kuliner Tahan Lama

15 Desember 2022   05:58 Diperbarui: 17 Desember 2022   08:13 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coffee shop| Foto oleh Igor Starkov dari Pexels 

Akhirnya tempat ngopi di sebelah rumah tutup permanen. Sebelumnya beroperasi ibarat lampu byar-pet. Beberapa waktu nyala, berikutnya padam. Tempo-tempo buka, beberapa kali tidak jualan.

Awalnya, pembukaan kafe menyimbolkan pengoperasian di masa depan. Sebagaimana pernah diceritakan dalam artikel: Jangan Sampai Baru Buka Bisnis Kuliner, Besoknya Tutup

Sembilan bulan berjalan, tempat ngopi ini menjalankan praktik buka tutup. Tergantung situasi. Padahal investasi ditanamkan lumayan untuk ukuran saya.

Kamar paviliun dirombak menjadi open kitchen. Dinding dilapis wallpaper dekoratif berwarna cerah. Jendela diubah sedemikian rupa menjadi konter terbuka.

Kemudian mengadakan perlengkapan, antara lain: kulkas, stainless steel preparation table, grinder, dan peralatan kopi, aplikasi kasir berikut mesin pencetak. Juga menyediakan meja kursi untuk maksimal 10 pengunjung duduk.

Selain penjualan di tempat, ia juga telah daftar ke platform pengantaran secara daring dan memasang titik di google maps.

Lengkap sudah untuk usaha skala rumahan dengan modal pengetahuan, keterampilan, peralatan, bahan, dan jaringan promosi.

Daftar menu mencantumkan aneka racikan kopi dan minuman non-kopi. Juga menyediakan light meals. Kadang roti bakar. Kadang siomay. Satu waktu menawarkan makanan berat: nasi goreng dan soto ayam.

Seduhan kopi diracik serius. Beragam seduhan pernah saya coba. Cold brew, V60, kopi gula aren, dan nama populer lainnya, di luar racikan favorit saya: kopi tubruk.

Makanan juga layak direkomendasikan kepada kenalan. Bahkan soto ayamnya bikin nagih.

Ketika hendak mencicipi lagi, pemilik sedang tidak membuat menu berkuah tersebut. Lain waktu, kafe sedang tutup.

Maka dengan itu, lenyap keinginan untuk mencicipi lagi nasi soto enak. Hilang selera.

Bulan November kemarin, saat ngobrol kosong, pemilik menyatakan tidak akan berjualan lagi sampai waktu yang entah. Pria jangkung itu menerangkan, ada kesibukan sehingga kafe tidak tertangani.

Mengabaikan faktor lain, ada yang keliru dengan pengelolaan sehingga tempat ngopi tersebut tidak langgeng. Padahal, tidak sedikit usaha makanan dan minuman lainnya mampu bertahan lama.

Oleh karena itu perlu diurai lagi pertimbangan tentang faktor-faktor agar bisnis kuliner mampu bertahan lama.

1. Membuat konsep. Meliputi barang dijual, gaya penjualan, atmosfer, skala usaha, sasaran dituju. Konsep usaha yang mestinya tidak berubah dalam jangka waktu pendek.

2. Memahami peluang pasar. Bagaimana posisi produk akan dijual? Peluang? Kompetisi? Dan strategi lain untuk meraih pasar.

3. Menentukan tempat usaha dan perizinan. Lokasi strategis sangat bagus. Letak kurang menguntungkan dapat disiasati dengan teknologi, yakni menggunakan platform delivery online.

4. Menimbang selera banyak orang dalam mendesain produk. Pemilik boleh tidak suka, tapi menu dibuat agar lebih diterima oleh lidah khalayak.

5. Oleh karena itu, seyogianya menyadari bahwa bisnis kuliner berhubungan dengan selera. Produk cocok dengan selera orang banyak, maka bisnis kuliner berkembang pesat. Demikian sebaliknya.

6. Make a difference. Mendesain produk berbeda dengan milik pesaing. Selain membuat kekhasan pada menu, maka pelayanan, tempat, tone dapat menjadi pembeda.

7. Membuat standard recipe dari tiap produk. Merupakan patokan produksi dan dasar perhitungan biayanya.

8. Menghitung biaya barang dijual (cost of production), harga produk, target penjualan, cover per pax (rata-rata nilai belanja per tamu), proyeksi keuangan, dan seterusnya.

9. Mengadakan peralatan produksi, penyimpanan, makan dan pelayanan, serta pencatatan.

10. Melakukan promosi, dari mulai papan penanda, mulut ke mulut, flyer, poster, media sosial, dan seterusnya.

11. Bikin sistem dan prosedur pengoperasian untuk belanja bahan, produksi, pelayanan, termasuk pembagian tugas.

12. Apabila akan ditangani sendiri, maka dari awal menetapkan komitmen untuk fokus kepada bisnis kuliner tersebut.

13. Mendelegasikan kepada kerabat atau pegawai dalam produksi maupun pelayanan, bila tidak bisa terjun penuh menangani soal teknis.

14. Paling penting adalah pelaksanaan terbaik dengan jiwa melayani sembari mencari untung, tekun, siap mental, dan berdoa agar diberi kemudahan dalam berusaha.

15. Melakukan evaluasi secara periodik.

Faktor-faktor penentu tersebut dapat disusun dari mulai cara paling sederhana, hingga kondisi yang memerlukan keahlian.

***

Bisnis kuliner di atas tutup karena faktor tidak fokus. Tempat ngopi tidak tertangani, kata pemilik.

Sebetulnya ada solusi, pemilik merekrut pegawai untuk mengoperasikan. Satu atau dua pegawai –sesuai kebutuhan – yang memahami prosedur operasi standar sudah ditentukan oleh pemilik.

Ada delegasi pekerjaan. Namun entah kenapa, hal itu tidak dilakukan. Tempat ngopi rumahan itu masih juga tutup sampai sekarang. Barangkali ada persoalan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun