Kalaupun makan di luar rumah, bersama keluarga makan di tempat makan dengan menu bervariasi. Kaya dengan pilihan lauk (daging, ikan, ayam, telur) dan sayur (lalap, rebus, tumis).Â
Kadang bila tidak sempat membawa bekal ke sekolah, ia makan di warung nasi Bu Itje di depan sekolahnya.
Sesekali diajak menikmati sajian cepat saji untuk merasakan sensasi selera berbeda. Atau datang karena ada undangan ulang tahun, misalnya.
Dengan demikian, putri saya memiliki beragam pilihan selera. Makan di rumah, itu sudah pasti. Di luar rumah ia memiliki keleluasaan pilihan hidangan di warung sederhana sampai di kaefsi, mekdi, dan restoran cepat saji lainnya.
Saya juga memiliki keleluasaan. Ketika ingin memancing gagasan menulis sambil ngopi, di kepala melintas dua pilihan tempat: warung sederhana atau restoran cepat saji.
Sebetulnya apa sih bedanya?
Pilihan
Warung nasi sederhana punya banyak pilihan masakan (lauk dan sayur). Apalagi di warung Padang.
Di restoran cepat saji terbatas pada olahan ayam, burger, telur, kentang, dan sup. Kalaupun pernah menyediakan masakan tradisional, rasanya kurang mantap.
Harga
Mestinya harga ditawarkan di rumah makan biasa lebih murah dibanding di restoran cepat saji. Sepotong (hasil dari bagi empat) ayam goreng serundeng Rp 8 ribu. Saya tidak tahu harga sepotong ayam di restoran cepat saji, mestinya lebih dari 15 ribu.
Perbandingan bisa saja tidak on par. Namun demikian secara relatif tetap lebih murah di warung makan biasa.
Kenyamanan
Dari segi ini restoran cepat saji umumnya menawarkan kenyamanan lebih daripada warung biasa. Tempat luas, bersih, dingin, dan dengan pengunjung berpakaian rapi nan harum.