Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cukai Naik Rokok Naik, Perokok Beralih ke Rokok Lebih Murah

26 November 2022   06:06 Diperbarui: 26 November 2022   06:49 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Motor sales sambal rentengan (dokumen pribadi)

Bagi penikmatnya, dalam keadaan kepepet, rokok merek apa saja jadi. Asalkan melihat bara kala diisap. Pun menyaksikan asap putih saat diembuskan.

Lima tahun lalu saya "berhening" selama seminggu di satu desa di kaki gunung Salak.

Suatu hari kehabisan rokok (waktu masih perokok berat). Mencari rokok favorit berharga 16 ribu ternyata takada. Kalaupun ada, rokok kretek tanpa filter bercukai resmi ditawarkan dengan harga 13 ribu, seribu rupiah lebih mahal bila membelinya di kota.

Saya tertarik kepada bungkus rokok berwarna hijau tua dan biru, merek yang juga baru saya ketahui, ditawarkan dengan harga Rp 6 ribu dan Rp 8 ribu masing-masing isi 12 batang.

Saya ambil satu bungkus hijau tua (mereknya Tebu) dan satu bungkus rokok berwarna biru (lupa namanya).

Di tempat peristirahatan dinikmati. Ternyata rasanya lumayan, jika tidak mau dibilang tidak terlalu enak. Namun lama-lama terbiasa juga sebagai pengganti rokok yang biasa dikonsumsi. Dingin sih!

Selera, kegemaran, akhirnya menyesuaikan dengan rokok yang ada. Mengisap rokok ilegal pun jadi. Penting ada asapnya.

Barangkali begitu cara berpikir pembeli rokok ilegal. Beralih dari rokok bercukai resmi yang naik dan akan terus naik, ke rokok lebih murah. Ternyata tidak masalah.

Bagi perokok: sama-sama menghasilkan kenikmatan, sama-sama mengeluarkan asap. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun