2. Sebisa mungkin berbelanja ke warung, toko retail modern, dan pasar dengan membawa keresek bekas (sebagaimana disebut di atas) atau wadah kain.
3. Jika memiliki keterampilan, akan lebih bagus melakukan upcycling terhadap barang bekas. Misalnya upcycling fashion, yaitu mengubah pakaian lama, usang atau rusak menjadi sesuatu yang baru (kompas.com).
Atau, secara kreatif menggunakan kembali barang sisa, limbah, barang takterpakai atau tidak diinginkan menjadi barang baru yang memiliki nilai tambah. Siapa tahu peningkatan kualitas barang bekas itu bisa menghasilkan cuan.
4. Memilih dan memilah limbah sejak dari rumah. Mana bahan organik yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Mana barang yang berharga bagi pemulung. Menyisakan materi yang benar-benar mesti dibuang.
***
Pada tataran bombastis, gerakan kecil dari rumah dapat mengurangi volume sampah warga kota. Keren, bukan? Walaupun itu terlalu di awang-awang bagi saya.
Pada tataran realistis, kegiatan di atas, khususnya memilih dan memilah limbah dari rumah, memudahkan bi Onah dan kawan-kawan memperoleh barang bekas yang dapat ditukar dengan uang. Sesederhana itu.
Sekali lagi saya bertanya, "Sehari dapat berapa? Atau, berapa kuintal sehari?"
Bi Onah menutup pembicaraan seraya menghela napas.
"Boro-boro kuintal. Tiga hari mengumpulkan barang paling dapet 65 rebu perak. Ya... yang penting halal."
Mengetahui kenyataan itu, masih mau mengeluh?