Di tempat berbeda, seorang wanita pemilah sampah lebih ramah. Mau diajak "ngobrol kosong" di sela-sela kegiatan memilah sampah.
Dari tumpukan limbah rumah tangga yang mestinya baunya semriwing, bi Onah (sebutlah demikian namanya) memisahkan:
- Plastik bekas kemasan bekas air mineral serta ember dan semacamnya.
- Kardus dan kertas karton.
- Meskipun jarang, benda-benda logam takterpakai.
Barang-barang tersebut dipilih dan dipilah menggunakan tangan kosong. Tanpa sarung atau alat khusus. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong besar sesuai klasifikasi.
Kardus, plastik, kaleng dijual ke bandar barang bekas mulai dari harga seribu hingga tiga ribu rupiah per kilogram. Tidak terinformasi harga barang bekas lainnya.
Sehari dapat berapa?
Bi Onah hanya tersenyum. Enggan menyebut angka.
Baiklah. Betapa mereka mengais-ngais sampah rumah tangga demi mencari penghasilan dari tempat berbau aduhai. Memulung barang bekas tanpa pelindung dengan berpanas-panas dan mengabaikan pandangan iba, atau nyinyir, dari orang lain.
Kira-kira begini yang disampaikan oleh bi Onah. "Daripada bengong di rumah."
Memahami kenyataan itu menguatkan niat dan laku keluarga saya untuk menjalankan hal berikut:
1. Kantong plastik atau keresek bekas masih bersih dan tidak robek dilipat berbentuk segitiga, agar kelak dapat digunakan kembali.