Dua orang berjalan tertatih. Beriringan seperti gerbong kereta.
Pria paling depan bernama pak Mus. Di belakangnya, memakai tongkat, adalah Oji. Dua-duanya nama sebenarnya.
Saya menyeru, "mau ke mana nih?"
"Memetik obat herbal di pagar belakang kantor."
Hah? Bukannya membeli obat di apotek atau toko obat?
Penasaran, saya pun memelankan kecepatan agar bisa mengikuti langkah mereka.
Tiba di tembok belakang kantor, tampak kumpulan tanaman semak dengan tinggi bervariasi dari satu sampai dua meter. Daunnya tidak tebal berwarna hijau cerah. Hampir selebar telapak tangan orang dewasa.Â
Dua orang penyintas serangan stroke itu pun memetik beberapa daun. Katanya, untuk direbus. Air rebusannya  diminum. Rasanya pahit.