Jalan lurus untuk mobil berkecepatan tinggi, tikungan bagi pengemudi cekatan -- Colin McRae
Terkadang saya merasa sebagai pembalap. Jempolan melibas tikungan. Selap-selip meliuk kencang di antara pengguna jalan lain.
Satu perasaan jemawa di atas kendaraan bermotor, baik ketika punya SIM ataupun tidak.
Terakhir ikut tes untuk mendapatkan SIM pada tahun 2008, karena masa berlaku jenis Surat Izin Mengemudi A dan C lupa diperpanjang. Telat setahun.
Diketahui, SIM A untuk pengemudi mobil perseorangan dengan bobot tidak lebih dari 3,5 ton. Sedangkan, SIM C diperuntukkan bagi pengemudi sepeda motor bermesin maksimal 250 CC (sumber).
Lupa kalau sudah kadaluwarsa, bisa jadi karena SIM sebelumnya diperoleh secara gratis (baca: Mendapatkan SIM dengan Cepat dan Gratis).
Kendati tanpa SIM, tetap saja saya mengemudikan mobil atau motor dengan ugal-ugalan. Menganggap selap-selip dan menghindari pemeriksaan petugas adalah kemampuan keren.
Saya melatih keterampilan mengendarai sepeda motor sejak kelas 6 SD. Belajar mengemudikan mobil dari kelas 2 SMP.
Kemahiran mengemudi mobil tersebut satu ketika diuji di sirkuit Sentul. Juga menjajal keterampilan mengendalikan setang motor menggaruk tanah.
Pengalaman demi pengalaman kemudian membentuk keahlian mengemudikan kendaraan bermotor.
Kendati jarang (berarti pernah) melanggar rambu, marka jalan, dan peraturan berlalu lintas, saya senang berkompetisi adu kecepatan di jalan raya. Selap-selip bak pembalap jalanan tanpa aturan.
Bagusnya sampai saat ini saya tidak pernah mengalami kecelakaan fatal. "Hanya" sekali mengalami kecelakaan tunggal akibat nyetir dalam keadaan mengantuk. Lainnya adalah peristiwa nyaris mengalami musibah, tapi tidak jadi.
Jam terbang memang membuat mahir menjelajahi jalan raya dengan kendaraan bermotor. Apalagi semburan mesin bertenaga bagus memicu adrenalin agar memacu kendaraan semakin kencang.
Di usia tidak muda lagi baru saya menyadari, bagaimana andai waktu itu ada sedikit kesalahan sehingga kesenangan tersebut mengakibatkan kecelakaan fatal? Bulu kuduk berdiri apabila mengingat hal itu.
Meskipun mahir mengemudi dan memiliki SIM sesuai, dalam berlalu lintas sebaiknya memerhatikan hal berikut:
- Patuhi rambu-rambu lalulintas, ketentuan kecepatan, dan marka jalan.
- Berhati-hati berkendara. Tidak semua pengguna jalan memiliki standar kemahiran sama. Jangan bayangkan seperti para pembalap F1 yang berkemampuan setara dalam mengendalikan mobil berkecepatan tinggi.
- Tidak tergoda menekan pedal atau memutar gas, kendati pengguna jalan lain memanas-manasi.
- Memberi jalan kepada kendaraan prioritas sesuai undang-undang lalulintas.
- Lebih mengutamakan keselamatan diri, penumpang, dan pengguna jalan yang lain saat mengemudikan kendaraan bermotor.
- Keluarga di rumah menanti kedatangan Anda tanpa kurang suatu apa pun.
Artinya, mengemudi bukan sekadar mahir, tapi diimbangi dengan kecerdasan antisipasi dan emosional, yaitu: perilaku patuh kepada aturan serta etika berlalu lintas; kecakapan memperkirakan gelagat kendaraan lain; dan kemampuan menjaga emosi.
Itu yang disebut Cerdas Berlalu Lintas, menurut versi saya. Disarikan berdasarkan pengalaman mengemudikan kendaraan bermotor roda dua maupun empat.
Perkara memperketat syarat memiliki SIM atau sanksi lebih keras terhadap pelanggaran ketentuan berlalu lintas, biar pihak kompeten yang merumuskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H