Pada sebuah restoran, bangunan eksterior maupun interior sepertinya dirancang untuk tempat makan sekaligus ruang nongkrong yang menyenangkan.
Para pegawai berseragam rapi dengan pelayanan gesit. Atmosfer menyenangkan dengan musik terdengar sayup-sayup, sehingga tidak bersaing dengan obrolan para pengunjung.
Dua sahabat dan saya menandaskan isi piring masing-masing.
Seorang menyelesaikan suapan terakhir spaghetti pollo con funghi. Satu lagi memasukkan irisan t-bone steak dibalur brown sauce ke dalam mulutnya. Saya sendiri lebih dulu telah menghabiskan beef teriyaki, menyisakan piring kosong.
Air mineral menutup santapan. Minuman mocktail menemani pembicaraan.
Terbersit pikiran hendak memesan kopi panas dan makanan penutup, atau kudapan, mengingat pembicaraan masih akan berlangsung lama.
Kami hanya bisa celingukan seraya sekali-kali melambaikan tangan. Rupa-rupanya sebagian server atau waiter waitress sedang sibuk melayani tamu lain. Sebagian lagi memandang kosong panorama di balik jendela. Sisanya entah ke mana.
Meja di hadapan berantakan oleh alat makan kotor. Pegawai belum melakukan clear up.
Clear up tidak hanya dilakukan setelah pengunjung pergi, ia juga dilakukan kendati mereka masih ada. Tentu dengan tata cara tertentu agar tidak mengurangi kenyamanan para tamu.
Pengalaman mengelola kafe pada masa lampau, clear up adalah kegiatan standar yang biasa dilakukan, sekalipun masih ada tamu di depannya.