Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kancing Lepis, Jengki, Sepi, dan Hati Macan

25 Oktober 2022   07:07 Diperbarui: 25 Oktober 2022   07:42 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi uduk semur jengkol di Warung nasi Bang Udin kawasan Rawa Belong, Palmerah, Jakarta. (KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO)

Senyawa sulfur yang tajam dan bersifat toksik adalah hasil metabolisme tubuh setelah mencerna jengkol. Polong-polongan ini mengandung asam jengkolat (jengcolic acid) yang memiliki sifat mirip dengan asam urat (uric acid).

Selain itu, jengkol kaya dengan kandungan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, fosfor, kalsium, minyak atsiri, dan nutrisi lainnya.

Oleh karena itu, bila dikonsumsi dalam jumlah wajar, jengkol bermanfaat bagi kesehatan. Yakni: mengandung antioksidan yang bermanfaat melawan radikal bebas; mencegah diabetes; melindungi dinding lambung dari luka akibat asam lambung; ekstrak daunnya mengurangi peradangan; zat besi dalam jengkol dapat membantu mencegah anemia (sumber).

Ketika berada di Pasar Anyar Kota Bogor, satu pedagang menyebutnya kancing lepis (maksudnya: Live's). Lainnya memelesetkan menjadi jengki. Penjual tersebut menerangkan jenis jengkol menurut usia.

Jengkol Muda

Biasanya jengkol muda berumur 1-2 bulan. Setelah dicopot cangkang dan selaput pelindungnya, tampak permukaannya kasar, berwarna hijau kekuningan. Dagingnya tipis, rapuh mudah patah (crunchy), dan kesat.

Dilahap dengan nasi hangat setelah dicocol garam dan sambal. Dimakan begitu saja tanpa dimasak. Dimakan mentah, sodara-sodara!

Jangan tanya aromanya. Saya belum pernah memakannya dengan cara dilalap.

Jengkol Tua

Daging jengkol tua, usia 2-3 bulan, yang telah dikupas cangkang dan selaput pelindungnya terasa liat, kesat, dan berwarna hijau kekuningan.

Baunya amat tajam dan rasanya sedikit getir. Dagingnya kenyal sehingga perlu dimemarkan saat hendak dimasak.

Bila digoreng, setelah diangkat ditaburi garam selagi masih panas. Legit! Dimakan bersama sambal, nasi hangat sepiring sepertinya tidak bakal cukup.

Cara lain dikukus. Jengkol kukus hangat ditaburi kelapa parut menjadi kudapan sore hari sembari ngopi. Tanpa nasi.

Sepi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun