Pagi terbirit-birit berangkat kerja. Pulang ketika sudah kelam. Akhir pekan berada di acara keluarga. Tak sempat beranjangsana ke tetangga.
Ada yang bilang, dewasa ini kehidupan bertetangga di Jakarta semakin renggang. Waktu terkikis oleh kesibukan sehingga interaksi dengan tetangga berkurang (kompas.com).
Begitu katanya. Namun saya pernah tinggal di Jakarta, dan tidak sepenuhnya menghadapi hidup bertetangga yang demikian.
Satu waktu yang lalu, selama lebih dari sepuluh tahun bermukim di belakang kantor Polsek Setiabudi Jakarta Selatan. Masuk 25 meter ke dalam gang.
Selain Betawi, warga sekitar berasal dari beragam suku. Tanpa menghitung penghuni tempat kos, sebagian besar tetangga merupakan warga lama.
Pertama datang, saya adalah pendatang baru bagi mereka.
Saya pikir mereka adalah warga Jakarta yang berorientasi kepada diri sendiri, dan lebih mementingkan waktu. Saya pun kemudian mendahulukan kesibukan daripada berinteraksi dengan tetangga.
Pagi terbirit-birit berangkat kerja. Pulang ketika sudah kelam. Akhir pekan berada di acara keluarga.
Sampai satu ketika Pak RT dan tetangga mengajak kerja bakti untuk mempercantik lingkungan tempat tinggal.
- Membersihkan, menambal jalan berlubang dengan adukan semen, dan merapikan tempat sampah.
- Menambah pot tanaman hias serta yang menghasilkan keperluan bumbu dapur dan sayuran.
- Dengan inisiatif sendiri, memperbaharui cat pembatas rumah masing-masing.