Sabtu lalu perjalanan dimulai lebih siang dari biasanya. Hampir pukul sembilan. Kabar baiknya, awan memayungi perjalanan dan matahari sesekali mengintip.
Langit teduh mengiringi langkah kaki melintasi trotoar. Dua ratus meter pertama tertata baik dengan jalur khusus berwarna kuning. Lalu menyeberang menemukan tempat berjalan kaki yang naik turun karena di beberapa bagian beda tinggi.
Tantangan Menyeberang Jalan
Di Jembatan Merah Kota Bogor berusaha menyeberang menuju Jalan Paledang. Ya, berusaha!Â
Mencari celah arus lalulintas agak berjeda. Maklumlah, tidak banyak pengendara menurunkan kecepatan kendaraan bermotor ketika ada orang hendak menyeberang.
Bertemu Penjaja Keripik
Menyusuri Jalan Paledang melihat beberapa petugas dari Dinas Perhubungan sedang berjaga-jaga. Sebagian berbincang dengan Handy Talky. Rupa-rupanya Pak Walikota mau datang.
Lanjut. Masuk ke dalam sebuah gang di samping sebuah restoran. Turun menapaki undak-undakan yang sangat curam bagi saya. Setengah perjalanan pun berhenti, istirahat di tempat duduk beton.
Berjumpa dengan seorang wanita menjinjing dua keranjang plastik. Berhenti juga, menunggu ibunya yang tertatih-tatih menaiki anak tangga.Â
Dari bakul dua bungkus keripik singkong dan dua keripik pisang berpindah ke dalam tas kain. Dari kantong celana enam puluh ribu rupiah berpindah ke genggaman penjaja itu. Semoga laris! Aamiin.
Sungai Butek dan Trotoar Bagus
Sampai di bawah bertemu dengan sungai Cipakancilan. Air cokelat mengalir lumayan deras. Sempat bimbang, belok kiri atau ke kanan melintasi sungai menyeberangi jembatan?