Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Memilih Menu Sarapan di Luar Rumah

3 Oktober 2022   13:07 Diperbarui: 3 Oktober 2022   13:11 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seporsi doclang dengan telur rebus (dokumen pribadi)

Makan pagi adalah hal pertama yang sebaiknya dilakukan, dalam upaya memulihkan tenaga setelah "berpuasa" semalaman.

Studi menunjukkan, manfaat sarapan bagi kesehatan adalah mengembalikan energi, meningkatkan kemampuan konsentrasi, membantu mengelola berat badan. 

Dalam jangka panjang mengurangi risiko penyakit hati dan diabetes tipe 2, yaitu kondisi di mana kadar gula darah melebihi nilai normal akibat resistensi insulin (referensi diabetes tipe 2).

Selanjutnya, penjelasan lengkap tentang manfaat makan pagi dapat dibaca di sini.

Sarapan bisa diperoleh di rumah, seperti nasi goreng, roti, olahan telur, sereal, dan sebagainya sesuai selera.

Bagi mereka yang tidak sempat makan pagi di rumah dengan berbagai alasan, bisa mampir ke kedai-kedai penyedia makanan.

Di Bogor, tepatnya di sekitar rumah, terdapat pilihan beragam makanan untuk sarapan:

  • Bubur ayam, mi ayam, mi balap Medan.
  • Nasi uduk standar yang dibubuhi irisan telur dadar, tempe orek, bihun goreng, taburan bawang goreng dan kerupuk, serta sambal kacang. Telur rebus bulat, tongkol balado, terkadang semur jengkol sebagai tambahan.
  • Lontong sayur versi lokal maupun lontong sayur Padang.
  • Mi glosor, mi goreng, bihun goreng yang semuanya disiram saus kacang.
  • Pecel, lontong bumbu, buras, ketan serundeng, dan aneka gorengan.
  • Doclang yang dijajakan berkeliling.

Minggu pagi kemarin, saya ingin memilih menu sarapan doclang. Tidak di penjaja pikulan yang biasa lewat di depan rumah pada setiap pukul setengah enam pagi, tapi akan membelinya di daerah jauh.

Sambil olahraga berjalan kaki, saya menempuh jarak 4,2 km menuju warung doclang tersohor di daerah Pasirkuda. Bukan di Jembatan Merah yang kalau malam memang berderet-deret penjual doclang.

Tiba di warung bernuansa hijau yang di depannya terdapat pikulan khas, saya langsung menuju kursi panjang. Menarik napas dan minum air mineral sebelum memesan seporsi doclang.

Warung doclang (dokumen pribadi)
Warung doclang (dokumen pribadi)

Makanan ini nyaris serupa dengan kupat tahu di daerah lain. 

Penganan khas Bogor tersebut berisi potongan lontong yang semula dibungkus daun patat, irisan tahu goreng, disiram saus kacang yang dimasak dengan bumbu tertentu, dan ditambahkan kerupuk.

Di warung bapak Odik seporsinya sudah termasuk sebutir telur rebus dipotong dua. Sesendok sambal cabai rawit menambah kenikmatan menyantap doclang.

Saya tidak pernah bosan menyantapnya. Ringan. Mudah diterima oleh lidah pengecap. Harganya pun bersahabat.

Seporsi termasuk telur rebus ditebus dengan uang Rp 13 ribu. Sebagai perbandingan, harga doclang di penjaja keliling Rp 8 ribu per porsi tanpa telur. Saya tidak mengetahui harga terkini produk sejenis dijual di Jembatan Merah.

Selesai melicinkan piring dan minum obat, saya menyerahkan uang pas kepada penjual, lalu beranjak meninggalkan warung berikut sepuluh orang sedang makan. 

Melanjutkan perjalanan pulang dengan jalur memutar, melintasi rute berbeda.

Sekitar dua puluh meter terlihat seorang laki-laki sedang memajang penganan dibungkus daun pisang. Sejumlah gulungan berada di atas kompor pemanggang.

Pada nampan stainless steel tersusun rapi: nasi bakar isi teri, ayam, cumi, ayam geprek, dan bebek. Di sebelah terdapat bungkusan tempe kering dua ribuan.

Tertulis harga nasi bakar Rp 8.000 dan Rp 10.000 tergantung isi. Harga lumayan terjangkau. Entah bagaimana isinya.

Penjual nasi bakar di trotoar (dokumen pribadi)
Penjual nasi bakar di trotoar (dokumen pribadi)

Sebagai menu sarapan, nasi bakar merupakan pilihan menarik. Menu berbeda dengan pilihan makanan sarapan pada umumnya. 

Pilihan unik untuk makan pagi. Terkait produk, penjual nasi bakar membuat perbedaan. Make a difference!

Sepengetahuan saya, belum ada pedagang kaki lima menawarkan nasi bakar sebagai alternatif menu sarapan. Di Bogor, nasi uduk dan teman-temannya, seperti tersebut di bagian awal, adalah pilihan umum yang ada di banyak tempat.

Muncul sedikit penyesalan, harusnya tadi sarapan dengan nasi bakar, jika berjalan sedikit melewati warung doclang bapak Odik.

Tidak mengapa, lain waktu saya ke sini lagi. Memilih menu sarapan nasi bakar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun