Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kerusuhan Kanjuruhan, Kebiadaban yang Tidak Boleh Terulang

2 Oktober 2022   06:38 Diperbarui: 2 Oktober 2022   18:13 1432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil K-9 dibalik oleh supporter Aremania dalam kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).(KOMPAS.COM/Imron Hakiki)

Pagi dikejutkan oleh berita kerusuhan suporter sepakbola yang menyebabkan banyak korban jiwa.

Sebuah stasiun televisi mengabarkan, 127 orang tewas, dua di antaranya anggota Polri, dalam kerusuhan di stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Sebanyak 180 orang lainnya luka-luka.

Kerusuhan suporter terjadi setelah pertandingan yang merupakan rangkaian laga pekan ke-11 Liga 1 tahun 2022-2023, antara Arema FC dengan Persebaya (1/10/2022) malam. 

Pertandingan dimenangkan oleh Persebaya. Tim singo edan kalah dengan skor 2-3.

Suporter Arema FC tidak terima dengan kekalahan di kandang sendiri tersebut. Turun ke lapangan, mencari tahu kenapa kalah, aparat menghalau dan menembakkan gas air, suporter berdesakan. Kericuhan menimbulkan ratusan korban jiwa.

Berita selengkapnya dapat dibaca di sini

Hanya satu kata yang bisa diucapkan: biadab!

Turut prihatin atas kericuhan yang menyebabkan korban jiwa dan luka-luka.

Kericuhan massa di Kanjuruhan merupakan peristiwa yang siapapun tidak menghendaki. 

Kesalahan bisa saja dialamatkan kepada massa atau "oknum" suporter atau siapa saja yang dapat dijadikan dalih oleh PSSI.

Namun sebagai pihak yang mengelola asosiasi sepakbola di Indonesia, PSSI sudah seharusnya turut bertanggung jawab, di antaranya:

  • Membina organisasi sepakbola di bawah pengelolaannya agar suporter lebih beradab.
  • Menyelenggarakan pertandingan sepakbola yang sehat, aman, dan terkendali.
  • Menghukum seberat-beratnya asosiasi sepakbola yang memicu kerusuhan suporter, misalnya dengan membekukan tim sepakbola terlibat sebagai pelajaran agar persatuan sepakbola bisa memperbaiki diri.

Tiada satu pun pihak menginginkan kerusuhan semacam itu terulang lagi. Semoga.

Maka dari itu, sanksi maksimal perlu ditetapkan kepada tim sepakbola terlibat berikut suporternya.

Seperti apa sanksinya? Pengurus PSSI mestinya lebih tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun