Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dikira Kesurupan, Ternyata Ini Penyebabnya

15 September 2022   19:59 Diperbarui: 15 September 2022   20:05 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kesurupan oleh dari Pexels 

Sudah lebih dari sejam dibacakan ayat-ayat suci, tapi makhluk yang merasukinya tidak juga minggat. Kesurupan! Bagaimana cara mengatasinya?

***

Terjadi kegemparan di locker room saat pergantian shift kedua. Peristiwa yang membawa kaki menghampiri ruang ganti pegawai.

Seorang karyawati tergeletak di meja. Dirubung oleh beberapa pria wanita koleganya. Sebagian memegang tangan dan kakinya sambil bersama dengan yang lain membacakan doa-doa.

Kedua mata office girl itu nyaris keluar. Tampak tubuhnya kejat. Kukuh dan tegang sehingga perlu ditahan oleh empat sampai lima orang lelaki.

"Sepertinya dirasuki oleh jin kuat." (bukan tersangka KM lho).

Kesurupan!

Mendekati waktu Magrib upaya untuk menyingkirkan makhluk halus tidak membuahkan hasil. Bacaan kian kerap. Para pegawai pria kian erat menahan pemberontakan.

Saya teringat peristiwa serupa yang menimpa tetangga wanita sebelah rumah. Sudah lebih dari sejam dibacakan ayat-ayat suci, tapi makhluk yang merasukinya tidak juga minggat.

Seseorang memencet keras jempol kaki wanita kesurupan itu. Seraya membentak makhluk yang masuk tanpa permisi agar keluar dari tubuh wanita malang tersebut.

Berbagai cara telah ditempuh. Makhluk bandel tidak juga keluar. Akhirnya pria yang mengaku akrab dengan dunia klenik itu pulang.

"Mau dibacakan dari jauh," katanya.

Akhirnya seorang ibu mengelus-elus punggung wanita kesurupan, berbicara lembut, dan memberinya minum. Ia juga meminta kepada semua orang agar pulang. Tidak berkerumun lagi. Tidak menambah beban pikiran si wanita kesurupan.

Rupa-rupanya ibu tersebut cukup memahami ilmu kejiwaan. Ia menduga, wanita itu mengalami masalah kesehatan mental.

Untuk sementara ia terlebih dahulu membuatnya nyaman. Tidak terganggu karena ditonton oleh banyak orang.

Jadi, kata beliau, diamkan saja dulu agar yang "kesurupan" tenang. Nanti juga hilang. Sebaiknya berkonsultasi lebih lanjut dengan psikolog untuk terapi pengendalian perilaku, pikiran, dan emosi. Atau psikiater untuk memperoleh resep sesuai keadaan kesehatan pasien.

Ingat pengalaman di atas, saya meminta staf agar segera menyiapkan kendaraan dan membawa karyawati itu ke rumah sakit.

"Rumah sakit? Bukan ke orang pinter?" Tanya sekian orang secara serentak.

Di rumah sakit, saya berharap ada profesional yang dapat mengatasi kasus kesurupan tersebut. Tenaga medis di Unit Gawat Darurat segera menangani pasien dan segera menyuntikkan sesuatu.

Dokter menerangkan kepada kami, "sekarang tertidur pulas. Kejang, tidak mampu berbicara akibat gejala penyakit lambung akut. Saat itu ia menahan nyeri sangat hebat."

Pihak keluarga yang mendampingi membenarkan pernyataan dokter bahwa putrinya memiliki riwayat penyakit maag.

Berkaca dari pengalaman di atas, apabila ada orang "kesurupan" baiknya segera dibawa ke dokter yang kompeten. Siapa tahu ia sedang menahan sakit hebat?

Jika orang di sekitarnya meyakini bahwa kesurupan bukan akibat soal medis, boleh juga dibiarkan sampai ia merasa lelah, tenang dan timbul rasa malu sendiri.

Bisa jadi saat kejadian ia sedang berusaha mencari perhatian, atau juga sedang mengalami masalah kesehatan mental. Serahkan saja kepada ahlinya.

Kalau kemasukan makhluk halus?

Sampai saat ini saya belum memiliki pengalaman terkait orang kesurupan akibat gangguan makhluk lain. Pihak lebih kompeten di sini dan di sini barangkali bisa menjelaskannya.

Akhirnya, sebagai manusia bertakwa meyakini bahwa kita berdaulat atas tubuh dan pikiran kita sendiri. Yakni memiliki kuasa mutlak untuk menolak makhluk lain memasuki wadah yang tidak bakalan cocok baginya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun