Sebelum pulang, ke dalam kantong kemejanya saya menyelipkan lembaran, "untuk beli garam agar anak-anak tambah sehat."
'Garam' adalah bahasa halus untuk membeli bahan bergizi, seperti telur, ayam, tempe, dan semacamnya.
Akhirul Kata
Ternyata banyak kisah bertautan di sekitar nasi goreng dalam melintasi suka duka kehidupan. Sampai kini ia masih menjadi menu favorit saya.
Nasi goreng adalah pilihan mudah yang ramah di lidah, asalkan dimasak dengan tidak menggunakan terlalu banyak minyak, tanpa micin (atau tidak terlalu banyak penyedap sehingga membuat enek), sedikit kecap manis, tidak keasinan, tidak keras. Pedas atau tidak, saya menerimanya dengan lapang dada.
Favorit saya: nasi goreng dengan racikan "tidak terlalu". Yang sedang sedang saja. Seperti halnya perjalanan hidup saya.
Bagaimana dengan nasi goreng kesukaan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H