Pengalaman pertama mengolah nasi goreng meletakkan dasar, saya lebih menyukai nasi goreng dengan tidak terlalu banyak kecap manis.Â
Makan di Restoran Bagus
Melihat menu sempat bimbang, ketika membaca tawaran bermacam makanan yang asing dalam pemahaman. Pilihan termudah adalah nasi goreng. Mata sudah akrab dengan tampilan maupun rasanya.
Porsi Besar
Seorang teman mengajak makan nasi goreng di warung langganannya. Saya memesan 1 porsi. Ia order setengahnya. Setengah?
Setelah dihidangkan, baru kelihatan bahwa nasi goreng telur dadar demikian munjung. Menggelembung memenuhi piring besar hingga nyaris luber. Susah payah ketika menghabiskannya.Â
Pantas, teman saya cuma minta setengah porsi.
Di Kafe
Saat mengelola sebuah semi fine dining restaurant, nasi goreng tetap menjadi menu andalan saya.Â
Dibuat lebih baik. Dimasak dengan sedikit minyak/margarin, telur, udang, potongan ayam/daging, dan tanpa micin. Ditambah sate, kerupuk udang, sambal, acar, dan garnish.
Nasi goreng tersebut merupakan menu favorit para pengunjung kafe.
Olahan Modifikasi
Usai acara keluarga, tersisa beberapa porsi nasi uduk putih. Semua orang sudah merasa cukup alias bosan dengan hidangan yang itu-itu saja.
Bila tidak dimakan dan dibiarkan sampai jangka waktu tertentu, ia akan rusak. Basi sebab bersantan. Oleh karena itu saya berpanjang akal untuk mengubahnya. Dibuat nasi goreng!
Cukup ditambahkan irisan bawang, cabai, beberapa butir telur dikocok lepas, dan ditumis, nasi uduk yang pada dasarnya sudah gurih digoreng dengan menggunakan margarin.Â