Selain pemilik motor baru yang tidak ingin melanjutkan pemeliharaan kendaraannya di bengkel resmi, karena buku garansi terisi penuh, maka memilih bengkel umum lantaran hal berikut.
1. Sudah Langganan. Pemilik motor memiliki ikatan kepercayaan kepada bengkel langganan berdasarkan pengalaman memuaskan. Mengenal karakter satu sama lain.Â
Bagaimana sebuah bengkel umum bisa menjadi langganan, akan diterangkan dalam artikel lain. Kalau sempat lho!
2. Perihal Biaya. Memperbaiki sebatas bagian yang mesti diperbaiki. Kalau perlu tidak usah diganti, alias diakali. Untuk sementara yang kemudian menjadi seterusnya hingga komponen itu remuk.
3. Motor Mogok. Motor ngadat ketika berada di dekat bengkel umum. Mau tidak mau mampir, seusai mengintip isi dompet. Tujuannya, yang penting motor jalan dululah sampai rumah.
4. Referensi dari Teman. Bahwa bengkel umum tersebut berkualitas, dapat dipercaya, dan murah. Nah ini yang menjadi tujuan saya dalam membelanjakan uang untuk apa pun: murah, bagus, awet, dan banyak!
5. Motor Modifikasi. Biasanya bengkel resmi enggan menerima sepeda motor banyak ubahan. Kalaupun ditangani, mereka akan mengganti banyak komponen sehingga motor menjadi standar kembali. Di situlah bengkel umum mengambil peran.
Semasa remaja, saya merombak motor bebek standar untuk keperluan balap grass track. Agar garang, maka suspensi, daleman mesin, pengabut bahan bakar, dan printilan lainnya dimodifikasi. Pengubahan itu dan pemeliharaan selanjutnya diserahkan kepada bengkel umum yang menjadi langganan.
6. Motor Lawas. Para mekanik bengkel resmi akan garuk-garuk kepala, ketika baru menyadari bahwa pabrik pernah membuat kendaraan semacam itu. Bengkel umum mengambil peluang tersebut dengan segala cara.
7. Motor Mau Dijual. Kita meminta montir bengkel umum agar memperbaiki seperlunya, karena motor segera dijual. Secepatnya. Pokoknya bisa jalan dan tampak bagus saat ditawarkan kepada calon pembeli. Soal ada kerusakan di kemudian hari adalah urusan si pembeli.