Tiada orang lain mengunjungi museum tersebut, kecuali aku dan pemandu putih.
Kesan mistisnya dapet, tulis pengunjung sebelumnya di tanaman kesan dan pesan.
Pemandu putih tidak pernah lepas sedikit pun dari sampingku. Sesekali sedikit berada di depan, seolah menunjukkan sesuatu yang menarik untuk diperhatikan.
Aku duduk, ia juga duduk. Sebentar bersimpuh di lantai dingin, lalu melompat di sampingku. Pemandu putih ngedusel-dusel atau menggesek-gesekkan tubuhnya ke badanku.
Terlintas keinginan purba untuk memberi sentuhan. Aku mengelus kepalanya. Ia tampak senang. Tambah manja. Duduk di pangkuanku. Aku menjelajahi tubuh mulusnya. Putih. Halus.Â
Aku semakin senang mengelus-elus bulunya yang bersih. Cukup. Rasa penat telah lenyap.Â
Ruangan terakhir aku jelajahi. Hari ini bertambah wawasan dengan mengunjungi museum etnobotani dan keanekaragaman hayati tersebut.Â
Diikuti pemandu putih aku akhirnya tiba pada ujung "petualangan" ke masa lalu. Menemui lagi pintu kaca es dengan bingkai kayu berwarna putih.
Wanita penjual tiket tersenyum ramah menunggu, "sudah selesai?"
Aku mengangguk sekalian mengarahkan telunjuk ke pemandu putih.