Matahari menguncup. Hampir redup ketika Tim Opal menyerahkan berita acara untuk ditandatangani. Berkas dan foto adalah awal denda berjumlah fantastis.
Saya sempat mengelola perusahaan Food & Beverage dengan konsep semi fine-dining restaurant, bar, dan live music. Berkapasitas tempat duduk 250 orang.
Sekitar tahun 2001 atau 2002, saya lupa, terjadi peralihan pemilik. Saya tetap dipertahankan sebagai salah satu pengelola.
Pemilik baru pada awalnya tidak mengerti, mengapa kafe itu memerlukan daya listrik 131 kva. Ya, seratus tiga puluh satu ribu Watt!
Daya sebesar itu diperlukan untuk menenagai puluhan lampu ruangan, lampu stage, AC, peralatan elektronik, dan professional sound system.
Dua puluh tahun lalu, saya ingat, pembayaran terakhir sekitar Rp15 jutaan sebulan. Pemilik baru yang tidak terbiasa melihat tagihan listrik sebesar itu terkaget-kaget.
Upaya penghematan sudah lama dilakukan. Tapi bagaimana cara mengurangi energi listrik dari peralatan band, mesin disc jockey, lampu Strobo dan sorot, serta tata suara berdaya puluhan ribu Watt?
Setiap malam sampai dini hari mereka hidup, bahkan pada hari Jumat musik berdentam sampai menjelang waktu subuh. Hari Minggu libur. Kegiatan yang menyedot listrik dan membengkakkan tagihan listrik.
Demi menurunkan besaran pembayaran, pemilik kafe memperkenalkan orang kepercayaannya. Seorang tenaga terampil dalam bidang listrik. Meyakinkan kepada saya bahwa ia mampu menurunkan nilai tagihan. Tanpa mengakali putaran piringan logam di dalam meteran listrik.
Sebetulnya manajemen berkeberatan. Namun pemilik kafe berkeras dengan menjamin semuanya akan baik-baik saja.