Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Kolonial, Kekayaan yang Diruntuhkan

19 Agustus 2022   06:46 Diperbarui: 25 Agustus 2022   12:18 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan gedung kantor Puslitbangtan (dokumen pribadi)

Kantor Puslitbangtan dan BBalitvet, Kota Bogor, adalah jejak kolonial yang terpelihara. Gedung lainnya diruntuhkan, termasuk kebun percobaan.

Menurut informasi, Langbouw dibangun pada tahun 1876. Kini digunakan sebagai kantor Pusat Penelitian Tanaman Pangan (Puslitbangtan) milik Kementerian Pertanian. Bahasa kerennya: Center for Food Crops Research and Development. 

Gedung kantor Puslitbangtan (dokumen pribadi
Gedung kantor Puslitbangtan (dokumen pribadi

Sedangkan bangunan kantor Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Veteran (Bbalitvet) dibangun tahun 1908. Nama di zaman kolonial adalah Veeartsenijkundig Laboratorium, tempat penelitian penyakit hewan.

Kedua instansi milik Kementerian Pertanian itu berada dalam kompleks kantor penelitian bermacam hal mengenai pertanian. Penjajah juga membangun gedung penelitian untuk tanaman industri yang saat ini tampak modern.

Penelitian tanaman pangan dan tanaman industri dilengkapi dengan kebun-kebun percobaan. Jadi dalam satu lingkungan penelitian pertanian di daerah Cimanggu (kini, Jl Tentara Pelajar), Kota Bogor, meliputi area yang amat luas terdiri dari kantor-kantor dan kebun untuk penelitian.

Sebutlah misalnya, untuk penelitian tanaman industri tersedia lapangan pengeringan hasil palawija, dibangun dari beton berbentuk relatif cembung. Luasnya lebih dari dua lapangan tenis.

Di sisi lain terdapat bungker penyimpanan bibit. Bukan tempat menyimpan duit Sambo.

Kini lapangan pengeringan di lapisi aspal sehingga kehilangan bentuk dan fungsi. Di sisi lain dibangun mes/tempat penginapan untuk pegawai dari lain daerah. Bungker dibongkar, dijadikan kolam. Tadinya. Airnya entah ke mana.

Baca juga: Perintah Atasan

Kebun percobaan tanaman pangan dan tanaman lain di sekitarnya telah dibangun gedung-gedung kantor modern, menampung pegawai penelitian berbagai bidang (pasca panen, teknologi pertanian, tanah, dan banyak lagi).

Banyak kantor lembaga penelitian dan pengembangan pertanian. Setelah para penelitinya dilebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kumpulan gedung besar itu jadi apa? Tanya pada rumput bergoyang.

Pastinya, kebun-kebun percobaan telah dihancurkan, diganti tanaman berupa gedung-gedung modern.

Lebih parah lagi, kebun koleksi tanaman industri dibabat habis menjadi rumah tinggal dan kebun wisata ilmiah.

Kebun Wisata yang selalu sepi (dokumen pribadi)
Kebun Wisata yang selalu sepi (dokumen pribadi)

Taman Sains yang selalu sepi (dokumen pribadi)
Taman Sains yang selalu sepi (dokumen pribadi)

Perlu diketahui, tanaman industri adalah tanaman berukuran relatif besar dengan usia penanaman yang umumnya lama. Setahun atau lebih. Hasilnya (buah, daun, kulit) memiliki nilai komersial, untuk makanan, minuman, kosmetik, dan sebagainya.

Di dalam kebun tersebut terdapat indukan tanaman industri dari berbagai daerah, bahkan dari negara-negara lain. Ada beragam jenis pohon: cokelat, pala, kayu manis, kopi, teh, kapuk dan lainnya yang saya lupa/tidak tahu namanya.

Ya! Kebun berisi koleksi tanaman industri penting berada di seberang rumah. Sejak tahun 1990-an harta kekayaan tersebut dihancurkan.

Saat itu seorang pejabat yang berkuasa sebagai kepala kantor memerintahkan penebangan koleksi tanaman industri. Menggantinya dengan tanaman batu bata dan semen sebagai tempat untuk hunian kerabatnya. 

Ketika berkuasa, kepala kantor itu merekrut anak-anaknya, keponakan, dan keluarga dari kampung halaman sebagai pegawai negeri tanpa melihat kualifikasi dan kualitas.

Sebagian persil lainnya dibagikan gratis kepada pegawai senior, pejabat kotamadya, dan orang penting lainnya sebagai ongkos tutup mulut.

Bapak saya tidak mau menerima. Almarhum mengetahui persis histori bahwa kaveling itu diperoleh dengan cara tidak benar. Tanpa izin dari pemerintah (kementerian keuangan) sebagai pemilik aset. Diperoleh dengan menghancurkan harta kekayaan yang ditanam dan dirawat sejak zaman kolonial: indukan tanaman-tanaman industri dari berbagai negara.

Menurut bapak saya, kebun tersebut menyimpan koleksi tanaman industri. Boleh dianggap sebagai ekstensi dari Kebun Raya Bogor.

Dalam periode selanjutnya, bagian lain dijadikan Kebun Wisata Ilmiah dengan mayoritas tanaman "baru". Dua lokasi wisata yang sampai sekarang sama-sama tidak ada pengunjungnya.

Akhirul Kata

Ada beberapa peninggalan kolonial yang seyogianya dimanfaatkan untuk kemajuan nusa dan bangsa. Bukan malah dihancurkan demi memenuhi nafsu pribadi atau kelompoknya.

Apalagi merusak kebun berisi koleksi tanaman industri yang sangat bernilai (historis, asal muasal, komersial), jika dijadikan sebagai objek penelitian dan pengembangan.

Dalam rangka HUT 77 RI, alangkah elok bila sifat serakah, yang meruntuhkan peninggalan kolonial bermanfaat seperti di atas, mulai disingkirkan dari bumi Pertiwi. Juga mematikan perilaku korup menumpuk harta kekayaan sendiri, seperti Ferdy Sambo.

Sementara itu masih banyak saudara kita kesulitan untuk makan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun