Masyarakat menilai, skenario awal tidak logis. Berkesan klise. Waktu menunjukkan, perekayasaan kisah telah menghambat penyelidikan dan penyidikan secara profesional.
Bahkan Presiden Joko Widodo beberapa kali mengingatkan Kapolri untuk mengusut tuntas, tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Dalam perkembangan berikutnya, Kapolri mengusut kejanggalan kasus Brigadir J. Melibatkan berbagai pihak kompeten. Hasilnya, 4 orang ditetapkan sebagai tersangka. Sedangkan mengenai motif pembunuhan kini masih didalami.
Kasus Brigadir J bermula dari motif yang sampai ini belum terkuak. Motif yang memantik penembakan Brigadir J.
Dengan asumsi, bahwa Irjen Ferdy Sambo merupakan otak pembunuhan, maka penyidikan mengenai latar belakang, yang membuat berang suami dari PC itu, mestinya dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Tidak ada namanya "kesetiakawanan korps" sehingga penyidik enggan mengurai motif dengan gamblang. Tiada lagi hambatan yang menghalangi pengungkapan.
Paling elok adalah pihak-pihak berkaitan langsung dengan, atau menjadi aktor utama dalam, kasus penembakan berterus-terang mengenai kejadian sesungguhnya. Sedikit banyak Bharada E telah mengakui bahwa tidak terjadi baku tembak, tapi penembakan.
Pengakuan terus terang dapat memudahkan pengungkapan motif yang masih simpang-siur. Mungkin masih ada hambatan-hambatan dalam proses penyidikan. Entah apa.
Oleh karena itu, wahai Irjen Ferdy Sambo, PC, dan tersangka yang telah ditetapkan, jujurlah dalam menyampaikan keterangan kepada penyidik. Skenario buruk yang busuk telah terbongkar.
Jangan ada drama lagi menutupi motif sebenarnya. Tidak ada lagi rumor liar berkembang di masyarakat.
Capek, tau!