Pernah melihat balokan beton, topian lendut? Atau dak beton melekuk ke bawah? Itu akibat tidak memperhatikan umur beton. Bagaimana duduk perkaranya?
Dalam beberapa kasus, balokan beton melengkung ke bawah, atau disebut lendut. Tidak hanya balokan dan topian beton, kadang dak beton atau lantai cor bangunan bertingkat terlihat melekuk ke bawah.
Dalam kasus lebih parah, bisa patah. Topian beton baru dibangun retak lalu ambrol. Peristiwa itu terjadi di sebuah pabrik perakitan barang elektronik di kawasan industri Cibitung, Bekasi, Jawa Barat.
Para ahli di bidang konstruksi menyebutkan bahwa kejadian itu disebabkan oleh umur beton yang belum cukup. Proses pembetonan memerlukan waktu tertentu agar kering.
Bukan kering menurut penglihatan mata, tetapi kering dalam arti komponen pembentuk beton bertulang telah bersenyawa dengan sempurna. Menjadi satu kesatuan utuh.
Beton bertulang, baik untuk balokan, lantai cor maupun untuk topian baiknya dibuat kuat menahan beban, rata, dan halus.
Untuk mencapai tujuan dimaksud dibutuhkan perancah, yakni tiang penyangga (steger) atau penahan beban bekisting (cetakan beton) yang stabil.
Tiang penyangga bisa terbuat dari tiang baja, kayu balok, dolken, bahkan batang bambu.
Biasanya dipasang cukup rapat demi menahan beban seberat 2.400 kilogram per meter kubik beton bertulang. Misalnya membuat dak beton ukuran 5m 4m tebal beton 0,12m = 2,4 m3, maka bobotnya adalah 2,4m3 2,4 ton = 5.76 ton.
Bobot tersebut ditopang oleh beberapa penyangga yang kuat dan berkedudukan stabil.
Sebagian orang menganggap penggunaan bondek (floor deck, alas cor berupa plat galvalum pengganti triplek) tidak memerlukan penyangga, tetapi menurut saya tetap dibutuhkan steger. Terutama untuk bidang yang cukup luas (lebih dari 2-3 meter persegi). Demikian agar bagian tengah tidak melengkung ke bawah.
Sampai dengan batas waktu tertentu, steger atau penyangga ini jangan dulu dibongkar. Hal ini menimbang umur beton.
Peraturan Beton Bertulang Indonesia Tahun 1971 (PBI) menetapkan tabel kekuatan tekan beton menurut umur.
Bila menggunakan semen Portland standar, maka tabel konversi tersebut dibaca:
- Umur Beton 3 hari memiliki faktor kekuatan 0,4.
- Umur Beton 7 hari memiliki faktor kekuatan 0,65
- Umur Beton 14 hari memiliki faktor kekuatan 0,88
- Umur Beton 21 hari memiliki faktor kekuatan 0,95
- Umur Beton 28 hari memiliki faktor kekuatan 1
Tabel konversi PBI digunakan untuk menguji mutu beton. Sebagai contoh, campuran beton dirancang dengan kuat tekan K350. Beton dengan kekuatan baik yang mampu menahan volume beban hingga 350 Kg/cm2 dalam umur ideal.
Diketahui bahwa hasil pengujian laboratorium atas sampel beton umur 7 hari adalah, umpamanya, 210 kg/cm2.
Menggunakan tabel konversi PBI, perhitungannya menjadi sebagai berikut:
Umur 7 hari, koefisien 0,65. Maka kekuatan beton sama dengan 0,65 x 350 yaitu 227,5 kg/cm2.
Jadi beton dipakai tidak memenuhi syarat minimal untuk mencapai mutu K350.
Melepaskan Perancah
Mencermati tabel konversi PBI di atas, sebaiknya penyangga struktur beton dilepas saat beton telah mencapai usia 28 hari. Minimal 21 hari, asalkan meyakini bahwa kekuatan tekan beton telah sesuai dengan rancangan campuran (job mix design).
Jadi, dengan memahami tabel konversi di atas, maka untuk mendapatkan kekuatan bernilai 1 atau 100 persen, sebaiknya menunggu umur ideal beton, yakni 28 hari. Barulah tiang penyangga boleh dilepas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H