Malahan pada suatu ketika mengajak saya untuk "memerangi" praktik perdukunan, serta tipu muslihat yang mengatasnamakan klenik dan mistik.
Perspektif anti klenik berpengaruh terhadap sikap saya yang kemudian tidak percaya dukun.
Ia tak berperilaku "ngustadz", meski tamat nyantri. Tidak mau disebut "guru", kendati menjadi sumber ilmu kehidupan yang tak pernah surut. Sehari-hari hidupnya bersahaja. Berperilaku santun tanpa jarak dengan siapa jua.
Namun demikian ada hal-hal yang sepintas berada di luar nalar manusia yang biasa dilakukan oleh Mas Bemby, antara lain:
- Membaca pikiran seseorang;
- Mengindra perbuatan buruk seseorang, meski ia tidak melihatnya atau diceritakan.
- Mengetahui ciri dan riwayat leluhur orang baru dikenalnya;
- Menginterpretasikan pertanda di sekitar orang yang dihadapinya;
- Menyelami regresi kehidupan masa lampau seseorang;
- Mengingatkan bahwa penderitaan saat sekarang adalah akibat dari perbuatan buruk pada masa lalu. Sebaliknya, kebahagiaan kini merupakan hasil perbuatan baik di masa lampau.
- Melatih mindset seseorang agar tahan menghadapi cobaan hidup;
- Membimbing agar orang mampu bermeditasi dengan khusyuk;
- Mendorong orang agar serius dalam menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing;
- Melatih dan mendampingi agar orang berbuat kebaikan, seperti tidak mencuri, tidak berkata kasar, tidak sombong, tidak serakah, berlaku kasih  kepada semesta berikut isinya, dan kebajikan lain yang saya sudah lupa.
Apabila dijelaskan satu persatu akan memakan kertas berlembar-lembar, maka saya hendak bercerita tentang berbuat kebaikan kepada alam semesta berikut isinya.
Sejujurnya, awal kedatangan saya ke rumah Mas Bemby adalah untuk belajar ilmu "linuwih" agar lebih dari orang biasa. Lebay banget ya!
Bukannya mengajarkan ilmu kesaktian, Mas Bemby malah tidak memandu apa-apa. Selama dua tahun hanya mengajak bertukar pikiran, jalan-jalan, membantu pekerjaan orang lain, dan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan ilmu kedigdayaan.
Satu ketika Mas Bemby mengajak ke pasar ikan hias. Di sana ia bertanya ke saya, punya dua puluh lima ribu rupiah?
Uang tersebut ditambah uang Mas Bemby digunakan untuk menebus satu bungkus plastik berisi banyak ikan kecil, sepertinya anak ikan emas atau apa, saya kurang paham.
Setelah itu kami pergi ke situ Pamulang, Tangerang Selatan. Dengan tenang Mas Bemby membuka pengikat bungkus plastik. Menuangkan seluruh isi ke dalam telaga. Tersenyum.