Beberapa dibangun bertingkat. Sebagian menjadi rumah-rumah sewa, terlihat dari kertas bertuliskan: kontrakan disewakan.Â
Sepertinya rumah-rumah mini itu dihuni oleh para pekerja informal, seperti tukang becak, penjual cilok, pedagang rujak bebek ('e' pepet), dan entah apa lagi.
Ternyata banyak juga orang yang survive di tempat sempit semacam itu, bersama keluarga.
Jembatan Indiana Jones
Melewati daerah rumah-rumah mini, jalan lebih lebar. Terdapat simpangan-simpangan yang menghubungkannya ke jalan lain.
Jalan lebar sedikit menurun. Di ujung bertemu jembatan kerangka besi dengan dasar papan kayu disusun melintang untuk pijakan. Lebarnya satu meteran lebih sedikit.
Nyaris mirip jembatan yang dilintasi Indiana Jones dalam film the Temple of Doom, tapi tapaknya lebih lebar dengan gantungan kawat baja, bukan tali.
Melewati jembatan kayu adalah melihat derasnya Sungai Cisadane yang berbatu-batu. Gamang bila melihat ke bawah. Seolah sela-sela kayu membuka. Sungai mangap siap menelan.
Agak goyang-goyang, apalagi bila sepeda motor turut melintas. Kayu-kayu berderak-derak. Saya tidak mampu membayangkan, jika sebagian kayu-kayu itu runtuh. Apakah bisa bergelantungan pada seutas tali bak Indiana Jones?
Tanjakan Curam