Reuni Alamanda 82 hari Sabtu pekan lalu menyisakan kisah yang sayang untuk dilewatkan. Paling sedikit ada tiga catatan:
- Dua wanita penjemput yang masih elok dipandang.
- Nyaris memperoleh hadiah utama.
- Dan sanjungan karena membagikan artikel Kompasiana.
Penjemput Cantik
Sebuah pesan melalui aplikasi perpesanan telah meruntuhkan niat saya untuk tidak menghadiri undangan reuni. Tiada lagi alasan untuk menghindar.
Sekitar pukul delapan lebih sebuah mobil merah menjemput. Awalnya asing dengan wajah manis yang menggenggam setir. Kemudian cair setelah ia mengenakan diri.
Waktu berputar cepat. Atau ingatan sudah lemah?
Ternyata kawan lama beda ruang kelas. Hartini berdandan simpel dan apik membungkus perawakan bak masih berseragam putih abu-abu.
Duduk di sebelahnya - saya tidak bakal melupakannya - adalah Ning. Teman dekat dari sejak SMA sampai sekarang. Sahabat baik tanpa perubahan sifat, wajah, maupun penampilan, kecuali usianya yang menua.
Anak saya menuntun sampai gerbang, mendekatkan bibirnya ke telinga saya, "itu ya yang kata Ibu, pacar Bapak sewaktu SMA?"
Nyaris Menang Undian
Kami bertiga sepakat, memarkirkan mobil di halaman kompleks pertokoan di sebelah gedung dituju. Lebih mudah dan masih kosong.