Terlintas muslihat. Biarkan nama tertera, toh ketika saatnya tiba saya tidak bakal datang. Selesai perkara.
Namun simpulan itu malah membuat kian ragu.
Sebuah pesan di WAG kelas memastikan bahwa saya akan dijemput. Saya pun tidak bisa berkelit.
Kegamangan dan kekacauan pikiran membuat saya tidak menyimak dress code. Bagaimana lagi? Saya sudah di hadapan karangan bunga.
Beberapa teman memeluk. Menyapa dan saling sapa. Celakanya, bagian terbesar teman saya lupa muka dan nama. Untung ada name-tag.
Tiada kata-kata yang melemahkan hati. Tiada tanya tentang kondisi apa pun. Hanya pertanyaan-pertanyaan lazim disertai silih doa. Semua bergembira.
Semua kawan yang sedikitnya berusia 58 tahun larut dalam acara. Termasuk saya, meski tidak ikut bernyanyi apalagi berjoget.
Acara yang seharusnya mulai pukul 9 pagi, molor sejam kemudian. Selama itu ada kesempatan mingle, dilanjutkan dengan pengenalan kembali tiap-tiap kelas yang datang.
Oh ya, terdapat 10 kelas di SMAN 2 angkatan 1982: 6 jurusan IPA, 4 kelas IPS.
Pengenalan kembali menjadi penting. Selama 40 tahun orang bisa berubah. Dari wajah maupun postur tubuh.