"Tapi Rudolfo, aku bosan dengan kesepian ini. Aku ingin seperti warung lain."
Sejurus terbit pikiran di dalam kepala. Warung nasi mereka menjual menu tidak jauh berbeda dengan warung nasi Mpok Ani.Â
Seperti halnya ini juga: satu rumah makan lebih banyak dikunjungi daripada yang lainnya, padahal sama-sama menjual ayam goreng dengan resep serupa. Seperti penjual es loder di halaman masjid yang lebih banyak pembeli, dibanding tukang es loder lainnya.
Boleh jadi tiap-tiap penjual itu memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh pesaing. Sesuatu hal berbeda yang dapat menarik banyak pembeli. Satu pembeda agar jualan laris.
Rumah makan ayam goreng menjadi tersohor dan kemudian ramai dikunjungi, berkat sambal yang tak terlupakan enaknya. Tukang es loder laris karena gerobaknya tampak lebih bersih, dipelitur cokelat bercorak kayu jati.
Warung nasi Mpok Ani menyediakan satu hidangan istimewa, di antara tawaran lain yang biasanya ada di warung nasi sejenis, yaitu: sayur urap daun kencur muda!
Sajian ini tidak ditemui di warung lainnya. Hidangan yang menjadi pembeda. Setiap orang di kota ini, dan juga dari kota-kota lain, berbondong-bondong mencari sayur urap daun kencur muda tersebut.
"Eureka)*....!"
"Kenapa, Rudolfo?"
"Menggagas satu pembeda! Satu pembeda yang bisa membawa warung kita banyak pembeli."
Kemudian Rudolfo menerangkan tentang kriteria satu pembeda dalam usaha kuliner. Bisa karena ada hidangan istimewa, di mana pelanggan tidak menemukan rasa yang sama di tempat lain. Bisa sebab tempat yang berciri khas, juga tampak menarik. Boleh karena keramahan dalam melayani.Â