Ternyata tetangga itu menambahkan pucuk daun kedondong ke dalam masakan. Kemudian ia mengirim sebagian hasil olahan ke rumah.
Bahan utamanya adalah rongkong ayam, atau bagian punggung yang masih ada sedikit dagingnya. Biasanya supermarket atau pedagang ayam di pasar menjual tulang ini secara terpisah.
Enak. Kuahnya yang berwarna kuning terasa ringan. Pucuk daun kedondong memberikan sensasi rasa kecut yang unik. Berbeda jika memakai air asam dan belimbing wuluh.
Muncul gagasan: memakai ikan tongkol sebagai bahan utama.Â
Cara membumbuinya meniru masakan asem-asem yang pernah dibuat oleh nenek saya. Tidak ditumis. Tidak digoreng. Semua direbus. Rempah-rempah memperoleh perlakuan tersendiri.Â
Oleh karena itu, simak keterangan di bawah ini.
Bahan
- Ikan tongkol segar 150 gram. Buang daleman-nya. Potong sesuai selera. Bubuhi dengan perasan jeruk nipis. Cuci bersih, lalu keringkan. Sisihkan.
- Pucuk daun kedondong secukupnya, cuci bersih.
Bumbu
- Bawang merah 3 siung.
- Bawang putih 1 siung
- Jahe 1 ruas
- Kunyit 1 ruas.
- Lengkuas 1 ruas.
- Sebatang serai ambil putihnya. Memarkan.
- Satu cabai merah (jika suka, tambah cabai rawit utuh).
- Selembar daun jeruk purut.
Cara Memasak
- Bumbu-bumbu utuh boleh dimemarkan atau diiris dua. Tergantung selera.
- Bumbu dipanggang di teflon tanpa minyak sampai wangi. Atau kalau telaten, dibakar di atas api. Jangan sampai gosong.
- Itu bedanya. Tanpa ditumis, bumbu dipanggang/dibakar menghasilkan masakan beraroma enak.
- Tambahkan air (kira-kira segelas) ke dalam wajan teflon berisi bumbu-bumbu.
- Biarkan air mendidih, lalu masukkan potongan ikan. Pematangan kira-kira memerlukan waktu sekitar 10 menit.
- Tambahkan sejumput garam atau sesuai selera.
- Masukkan pucuk daun kedondong ke dalamnya. Pastikan semua bahan terendam kuah.
- Segera matikan api. Daun kedondong muda amat mudah layu.
- Siap menyajikan masakan.