Penjual mi ayam gerobak di halaman rumah lawas bertanya, "pakai daun bawang atau enggak?"
Sebuah tanya yang kemudian melempar ingatan ke masa lampau.
***
Tiga puluh tahun lalu. Sebuah kedai di depan pertokoan Melawai, Blok M, Jakarta Selatan menyediakan tiga atau empat meja panjang. Yang masing-masingnya dilengkapi dengan bangku kayu panjang pula.
Selain sambal, saus, kecap, tisu dan tusuk gigi, di atas meja-meja terletak mangkuk-mangkuk penuh berisi rajangan bawang daun. Tidak seperti biasanya penjual mi ayam.
Saya pun ikut-ikutan menambahkan daun bawang. Banyak pula. Ternyata menambah rasa enak pada mi ayam. Pedas sebentar di mulut dan menghangatkan. Berbeda dengan sambal cabai yang cenderung menggigit dan juga awet pedasnya.
Daun bawang, atau terkadang ada yang menyebut bawang daun, adalah salah satu bumbu tabur untuk dadar telur, martabak, kuah soto, aneka sup, dan olahan tumis. Aroma dan pengaruh rasa dalam masakan bersifat samar. Namun tanpa penambahan sayur kelompok bawang ini rasanya hidangan kurang mantap.
Tidak hanya berpengaruh terhadap mutu masakan, bawang prei ini juga mengandung khasiat bagi tubuh. Lho kok?
Menurut rujukan, daun bawang mengandung nutrisi penting, yaitu: air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, kalium, natrium, seng, tembaga, mangan, vitamin C (asam askorbat), vitamin B1 (thiamin), vitamin B3 (niasin), vitamin B5 (asam pantotenat), vitamin B6, vitamin A.
Kandungan gizi tersebut dipercaya baik bagi kesehatan tubuh, antara lain:
- Berdasarkan penelitian, serat di dalam daun bawang membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL), apabila kita rutin mengonsumsinya. Tentunya dalam jumlah tidak berlebihan.
- Kandungan kalium, magnesium, dan kalsium mampu menjaga tekanan darah. Dengan itu, daun bawang merawat sistem saraf dan kesehatan jantung.
- Kandungan vitamin C berfungsi sebagai antioksidan yang mengontrol kadar gula darah dan mencegah munculnya radikal bebas.
- Satu riset menerangkan, daun bawang bersifat anti-inflamasi (peradangan), anti-mikroba, dan anti-kanker berkat unsur quercetin dan flavonoid di dalamnya.
- Kandungan flavonoid itu juga baik bagi kesehatan tulang secara menyeluruh.
- Vitamin A dan C yang terdapat di dalamnya bermanfaat menjaga kesehatan mata.
- Kandungan serat di dalam daun bawang tentu saja dapat membantu mengatasi gangguan pencernaan, semisal sembelit.
Ternyata peran atau khasiat daun bawang bagi kesehatan tubuh tidak dapat diabaikan begitu saja. Selain manfaat tersebut, menanam daun bawang di pekarangan rumah tidaklah terlalu sulit.
Menggunakan daun bawang adalah memotong bagian batang berwarna putih hingga daunnya yang hijau. Lalu membuang pucuknya. Cuci bersih sebelum diolah.
Batang bagian bawah berikut akarnya jangan dibuang. Sisakan sekitar 10 sentimeter sebagai bibit. Buang lapisan tipis yang menguning.
Berikut adalah langkah mudah cara menanam daun bawang:
- Tanam pada tanah lunak dan lembik.
- Â Disarankan menggunakan campuran tanah dan arang sekam (jika tidak ada, bisa menggunakan pupuk kandang yang sudah disimpan lama) dengan perbandingan 2:1.
- Jika pekarangan tidak cukup, bibit daun bawang bisa ditanam di polibag, kaleng bekas, atau limbah botol mineral. Pastikan dasarnya berlubang, sebagai drainase.
- Letakkan di tempat dengan penyinaran matahari cukup.
- Penyiraman cukup satu kali sehari demi menjaga tanah tetap basah. Setelah 10 hari baru boleh menyiramnya dua kali sehari. Asalkan tidak banjir, agar tanaman tidak membusuk.
- Boleh dipupuk sesuai petunjuk supaya tanaman tumbuh subur.
- Daun bawang siap dipanen setelah berusia 50 hari.
(Selengkapnya dapat dibaca di kompas.com)
Akhirnya, hasil tanaman tersedia untuk memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari. Tergantung jumlah penanaman. Lha kalau cuma menanam satu batang daun bawang, mana cukup?
***
Lalu saya pun berseru, menjawab pertanyaan penjual mi ayam di atas, "pakai daun bawang. Yang banyak, Mang!"
Nah, Anda termasuk penikmat mi ayam memakai daun bawang atau tidak? Kalau penyuka, banyak atau sedikit daun bawang ditambahkan ke mi ayam?
Rujukan:Â 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H