Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Begini Cara Mudah Mengelola Obat agar Tidak Rusak

15 Mei 2022   19:58 Diperbarui: 21 Mei 2022   01:30 9431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulunya saya beserta keluarga bukanlah “penggila” obat. Dalam arti, sedikit sakit kepala, makan penghilang rasa pusing. Agak merasa tidak enak badan, minum suplemen agar kembali fit. Tidak seperti itu.

Kotak P3K di rumah berisi peralatan untuk pertolongan pertama. Terdiri dari peranti dan obat-obatan untuk penanganan luka, seperti: kapas kesehatan, kasa kompres, plester, perekat pita untuk menempelkan kasa, perban, antiseptik, alkohol, gunting, peniti, cotton bud.

Di meja tersedia vitamin C, jamu masuk angin saset, dan minyak gosok. 

Sempat sih menyimpan obat untuk demam dan sakit kepala, tetapi keburu terlewat masa berlakunya. Dibuang dah

Saya tidak pernah menyimpan suplemen, di luar jamu (kunyit asam) yang sebelum diminum disimpan dulu di kulkas, atau jamu segar dari penjual jamu gendong.

Asupan nutrisi tambahan umumnya didapat dari buah. Sakit kepala atau demam ringan biasanya minum jamu tolak angin, lalu sebagian badan dibalur dengan minyak gosok, minum air putih, cukup makan (enak tidak enak harus dianggap enak), dan tidur menggunakan selimut.

Bila berkeringat atau merasa kepanasan, tanda awal demam mulai reda. Apabila penyakit berlanjut, segera berangkat ke dokter. Sesederhana itu.

Belakangan, saya terpaksa harus terus menerus mengonsumsi obat, vitamin, dan suplemen.

Paling tidak ada tiga jenis obat yang mesti diminum: penurun tekanan darah, anti kolesterol, dan pengencer darah. Selebihnya bukan keharusan, seperti vitamin-vitamin dan suplemen penguatan kemampuan kognitif pada lansia.

Sekarang, dan entah sampai kapan, saya mengonsumsi enam jenis obat, vitamin, dan suplemen itu setiap hari. Seorang kawan yang usil berkata, seperti apotek berjalan!

Pertanyaannya, bagaimana cara menyimpan obat agar tidak rusak?

Barang-barang yang dibuat secara kimiawi itu diperoleh berdasarkan instruksi dokter spesialis. Obat, vitamin, suplemen diresepkan masing-masing pas berjumlah 30 set tablet dan kapsul untuk 30 hari. Menjelang habisnya obat, saya berkonsultasi lagi dengan dokter. Maka berkunjung ke poliklinik adalah rutinitas.

Paling tidak saya tidak perlu lagi mengkhawatirkan ihwal kadaluwarsa. Namun demikian, saya mesti memperhatikan cara-cara penyimpanan dan pengelolaanya, sebagai berikut:

  1. Obat-obatan padat itu disimpan pada ruangan bersuhu sejuk dan kering.
  2. Jangan simpan di tempat yang suhunya berubah-ubah secara ekstrem, sehingga berpotensi mengurai bahan kimia aktif di dalam obat.
  3. Bila bepergian jauh, membawa obat-obatan secukupnya. Caranya, masing-masing strip obat digunting sebanyak perkiraan hari pergi/menginap, lalu ditempatkan dalam wadah. Tanpa membuka obat dari bungkusnya.

(Lebih lengkapnya dapat dibaca di sini)

Paling terakhir, jangan lupa menerapkan metode FIFO (first in first out). Obat pertama datang dikonsumsi lebih dahulu sampai habis, barulah pada hari berikutnya makan obat yang belakangan datang. Karena ada masa, ketika menebus resep, obat sebelumnya masih ada tiga sampai empat set. Sisa itulah yang lebih dulu dihabiskan.

Dengan cara-cara tersebut, sampai saat ini saya tidak menemukan adanya obat, vitamin, dan suplemen yang rusak atau berubah karena terurai.

Apalagi kadaluwarsa.

Ya iyalah, lha wong setiap bulan saya menebus obat, vitamin, dan suplemen yang baru.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun