Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lebaran Usai, Waktunya Menikmati Liburan

8 Mei 2022   16:57 Diperbarui: 8 Mei 2022   16:59 2483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan Stasiun Bogor (dokumen pribadi)

Dalam pemahaman saya, alun-alun adalah lapangan luas yang dikelilingi oleh kantor pemerintahan satu daerah, dan/atau kediaman kepala daerah tersebut, kantor pos, tempat ibadah, serta pusat kegiatan penting lainnya.

Pembacaan itu membatasi pengetahuan saya tentang alun-alun, sebagaimana yang terdapat di kota Bandung, kabupaten Bangkalan, dan kota Malang (terkenal dengan alun-alun bunder dan alun-alun "kotak"nya). Pernah tinggal di tiga kota itu, kemudian membentuk kognisi saya mengenai alun-alun.

Saya tidak menemukan konstruksi mengenai tanah lapang luas di depan kediaman, atau kantor, bupati/walikota dan sebagainya ketika pindah ke kota Bogor pada tahun 1980. Pun tidak ada satu teman baru yang adalah warga lama menyatakan adanya alun-alun. Kalau lapangan, ada beberapa. Di jalan Heulang, di Sempur, dan di Empang.

Belakangan saya baru tahu, ternyata lapangan Empang dulunya merupakan alun-alun. Menurut sejarah, di sekitar lapangan Empang merupakan kedudukan bupati dan tumbuh sebagai pusat pemerintahan (sumber).

Konon dulunya begitu. Artinya, sampai dengan akhir tahun 2021 saya tidak mengetahui eksistensi alun-alun di Kota Bogor. Baru ada setelah diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil pada tanggal 17 Desember 2021.

Lahan seluas 1,7 hektar itu terletak di depan Stasiun Bogor. Di sampingnya terdapat masjid Agung yang tidak selesai-selesai pembangunannya. Tempat itu dulu merupakan arena permainan dan tempat jajanan Taman Topi, yang tersohor sebagai pusat pencopet, kendati berada persis di seberang Kantor Polisi Wilayah Bogor. Mudah-mudahan sekarang tidak lagi.

Ke alun-alun Kota Bogor itulah tujuan perjalanan kali ini, setelah suasana lebaran berakhir. Semenjak diresmikan, saya belum pernah mengunjunginya. Mumpung banyak warga masih larut dalam suasana lebaran, atau mungkin menikmati liburan panjang di tempat-tempat wisata, ada bagusnya saya mengunjungi alun-alun.

Pada minggu (8/5/2022) pagi atau hari ke-7 bulan Syawal 1443, tujuan sejauh 2,4 km dari rumah ditempuh dengan berjalan kaki, menyusuri gang di antara jalan Merdeka dengan jalan Ciwaringin. Gang tersebut merupakan wilayah lama, di mana masih tersisa sedikit rumah gaya zaman dulu.

Kemudian melewati Pasar Anyar. Aktivitas jual beli sudah mulai menggeliat. Kios-kios, los-los, dan kumpulan lapak di luar pasar telah menggelar aneka dagangan. 

Suasana pasar yang mulai ramai (dokumen pribadi)
Suasana pasar yang mulai ramai (dokumen pribadi)

Mungkin para pedagang sudah kembali dari mudik. Berbeda keadaan dengan kunjungan pada hari Kamis lalu.

Baca juga: Pasar Sepi, Sebagian Besar Pedagang Masih Mudik

Lapak barang dagangan di pasar (dokumen pribadi)
Lapak barang dagangan di pasar (dokumen pribadi)
Perjalanan berlanjut. Melewati blok F, dulu dikenal sebagai pasar Kebon Kembang, dan Masjid Agung yang tidak beres-beres direnovasi selama bertahun-tahun.

Tidak jauh dari itu, tibalah di alun-alun Kota Bogor. Tidak dipungut tiket masuk. 

Taman-taman yang asri. Juga terlihat wajah stasiun Bogor yang keren. Bangunan buatan Belanda itu sekarang berdandan sangat menawan. Dulu keelokannya tidak terlihat, akibat dikelilingi oleh lingkungan yang kumuh, berantakan oleh tumpukan pedagang liar.

Tampak depan Stasiun Bogor (dokumen pribadi)
Tampak depan Stasiun Bogor (dokumen pribadi)

Di alun-alun terlihat banyak orang yang sedang menikmati ruang hijau terbuka. Wah, ramai pengunjung! Di satu bagian beberapa orang duduk-duduk. Di belahan berbeda, para orang tua berkerumun di area permainan ayunan, menanti antrean atau mengawasi anaknya bermain.

Pengunjung duduk-duduk di alun-alun (dokumen pribadi)
Pengunjung duduk-duduk di alun-alun (dokumen pribadi)

Pengunjung menuju area permainan (dokumen pribadi)
Pengunjung menuju area permainan (dokumen pribadi)

Sayangnya, di banyak bagian dari alun-alun terlihat sampah. Tidak terlihat tempat sampah dan petugas pembersih. Bagaimana nih Kang Bima Arya?

Sampah di satu bagian alun-alun (dokumen pribadi)
Sampah di satu bagian alun-alun (dokumen pribadi)

Tanpa itu pun mestinya para pengunjung tidak membuang sampah sembarangan di ruang bersama tersebut. Kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan di antara pengunjung masih payah.

Setelah berkeliling sejenak, tidak lebih dari 15 menit, saya berencana kembali ke rumah. Mengambil rute lain, yaitu melalui jalan besar: Jalan Merdeka. Tinggal lurus mengikuti jalur.

Di antara pertokoan gaya lama, terselip sebuah warung nasi yang belum pernah saya lihat. Kebersihannya mendorong saya untuk masuk ke dalam warteg tersebut.

Ruang di dalam cukup luas, sehingga dapat disusun beberapa meja kursi. Aneka lauk dan sayur dipajang di etalase kaca, yang di sekelilingnya terdapat dua bangku kayu panjang. Ciri khas warteg.

Etalase kaca warteg dengan kursi panjang (dokumen pribadi)
Etalase kaca warteg dengan kursi panjang (dokumen pribadi)

Tidak lama kemudian pesanan saya datang. Sup ayam berikut nasi setengah dengan tempe dan perkedel goreng. Menurut ukuran saya, ukuran nasi setengah ya kok kayak sepiring. 

Sup ayam, nasi, tempe, perkedel (dokumen pribadi)
Sup ayam, nasi, tempe, perkedel (dokumen pribadi)

Sup panas diseruput pelan-pelan. Sesendok nasi menyusul ke dalam mulut diikuti oleh sekerat tempe. Bergantian dengan potongan perkedel.

Eh, ternyata habis. Enak juga. Sup ayam yang menyegarkan. Setelah minum obat pagi, saya menebus hidangan senilai Rp 21 ribu. Tidak rugi hari ini makan di warteg. Harga relatif murah dengan cita rasa nyaman.

***

Dalam perjalanan pulang saya berpikir, alun-alun yang hanya menyediakan ruang terbuka dengan sedikit area permainan, dan pemandangan ke bangunan stasiun, ternyata ramai dikunjungi. Apalagi di destinasi wisata dengan berbagai fasilitas lebih lengkap?

Bisa jadi mereka mencari tempat rekreasi. Memburu atmosfer yang menawarkan hiburan, tempat santai, arena permainan, pemandangan, bahkan kesenangan setelah lelah bersilaturahmi selama Idul Fitri. Liburan ke alun alun Kota Bogor pun jadi, dengan suasana asri ruang hijau terbuka.

Suasana lebaran telah usai, tiba saatnya menikmati waktu liburan. Sebelum kembali beraktivitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun