Dada terasa lapang, terisi oleh bayangan kegembiraan yang tiada henti. Baru kali ini aku tersenyum lebar di hadapannya.
Kawan satu itu menepuk-nepuk bahuku. Melihat wajahku. Turun ke bawah. Pandangannya berhenti agak lama. Akhirnya, dengan cepat kedua bola matanya meluncur ke bawah.
Lalu terdengar suara menggelegar, "wahai kawan lama. Tiada perubahan padamu..."
Mendadak darahku berhenti mengalir.
"Baju yang kau kenakan sama seperti baju tiga tahun lalu. Aku tahu, karena setelan ini aku belikan pada lebaran silam."
Mendadak perutku mulas. Keringat di semua bagian nyelempit membuat diriku menciut. Berpuluh-puluh pasang mata menelanku bulat-bulat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H