Kediamannya hanya berjarak satu rumah dari tempat-tinggalku. Orang tuanya merupakan tokoh penting yang dituakan di dusun ini. Kawan satu itu juga disegani sebagai contoh perantauan yang sukses. Lengkap sudah alasan "keharusan" untuk berkunjung ke rumahnya.
Setelah melaksanakan salat Ied, terlebih dahulu aku mengenyangkan perut dengan ketupat dan opor ayam di rumah. Jadi, ada alasan untuk tidak makan di sana. Tak perlu lama-lama. Selesai bersilaturahmi, segera pulang.
Aku memilih baju yang paling keren modelnya. Aha, baju lengan pendek berwarna putih dengan ban cokelat tampak bagus. Serasi dipakai dengan celana panjang hitam dan kopiah hitam. Itulah baju lebaran 2022 kali ini. Baju terbaik yang kumiliki.
Berjalan tegak, aku melangkah gegas menuju rumah kawan satu itu. Di depannya berderet mobil-mobil bagus. Ramai tamu berkunjung.
Sejenak sedikit ragu. Namun kemudian aku menetapkan hati. Melangkah maju.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam. Eh...kawan lama. Hayo masuk!"
Mengangguk kepada para tamu yang duduk. Sembari menyalami mereka satu-persatu. Lalu menyodorkan telapak tangan kepada anggota keluarga. Hingga akhirnya berada di hadapan kawan satu itu. Kedua tangannya menyambut gembira.
"Kawan lama, apa kabar. Lebih dari dua puluh purnama kita tidak berjumpa. Aku benar-benar minta maaf atas kesalahan ucap dan perbuatan di masa lampau. Sengaja maupun tidak sengaja."
Kawan satu itu mengguncang-guncang bahuku. Semua orang memperhatikan keakraban kami.
Senyumnya kelihatan tulus. Seketika hatiku trenyuh. Rupa-rupanya sekian lama pikiran buruk senantiasa menghantui.