Saat masih aktif sebagai pemborong, kerap mendapat proyek menjelang bulan ramadhan. Pekerjaan harus kelar sebelum Hari Raya Idul Fitri. Entah kenapa.
Proyek yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), biasanya keluar pada triwulan ketiga dan keempat tahun anggaran berjalan. Awal tahun sampai dengan akhir semester pertama cenderung sepi pekerjaan dari Pemda.
Terkecuali menjelang bulan Ramadhan. Meskipun tidak seheboh nilai proyek akhir tahun, tapi tetap lumayan. Juga tidak bisa disebut "murah banget," seperti ujaran crazy rich yang akhirnya crazy beneran!
Beberapa proyek (konstruksi dan pengadaan) berdurasi 30-60 hari kalender memang "dikondisikan". Maksud saya, digelar untuk diperebutkan melalui mekanisme penunjukan langsung dan prosedur lelang kepada kontraktor.
Pengerjaannya akan beririsan dengan waktu pelaksanaan ibadah puasa. Bahkan berlangsung selama bulan Ramadhan. Tanggal akhir kontrak umumnya sebelum Hari Raya Idul Fitri.
Selama bulan puasa itulah terjadi hal-hal merisaukan. Bukan ihwal teknis atau finansial, tetapi godaan-godaan. Di antaranya:
- Proyek berlangsung dalam cuaca panas bulan Ramadhan. Matahari terik membakar tubuh. Memunculkan godaan-godaan; minuman yang botolnya berembun, es kelapa muda, es cincau.
- Para mandor dan tukang yang tidak berpuasa menyantap gorengan, menyeruput kopi, mengisap rokok. Bagi penggemar, menghidu aroma kopi dan rokok akan lebih harum saat perut kosong.
- Ditambah "peminta-minta" yang kadang membangkitkan amarah. Semisal pihak yang tidak berhubungan langsung dengan proyek. Mendatangi bedeng, menyodorkan proposal dan segala modus, bermaksud "mencicipi" duit proyek.
- Dalam kesempatan lain, melakukan suap (perbuatan curang) yang dianggap lazim pada suatu proyek. Memberikan amplop kepada para pejabat pemeriksa dan penerima dalam pekerjaannya.
- Pada akhirnya, memberikan sejumlah upeti kepada pejabat pengadaan sebagai bentuk pelunasan commitment fee. Itu menjadi sejenis pembayaran THR tak resmi, berkaitan dengan perayaan Idul Fitri.
Jadi itu merupakan godaan dan perbuatan yang sedikit banyak mengurangi nilai dalam menjalankan ibadah puasa. Entahlah.
Berita bagusnya, sekarang saya sudah tidak lagi terkait dengan proyek. Tidak mau. Mudah-mudahan sampai seterusnya. Aamiin.
Namun tidak semua proyek berhubungan dengan godaan dan perbuatan buruk.
Untuk penyelesaian sebuah proyek milik swasta di Cibinong, saya khusus merekrut para pekerja dari daerah Cipanas, Cianjur.
Mereka bekerja sesuai arahan. Hal yang mengejutkan, sekaligus membuat terharu, tidak hanya taat menjalankan salat. Mereka juga menunaikan ibadah puasa dengan utuh. Amalan seperti makan sahur, berbuka tepat waktu, tarawih, dan membaca Alquran setelah tarawih.
Pekerjaan dilakukan seperti biasa. Tidak kendor, kendati mayoritas berhubungan dengan kegiatan fisik. Proyek dapat diselesaikan sesuai kontrak.
Uniknya lagi, untuk memenuhi kebutuhan makan sahur dan berbuka, mereka membeli makanan matang dari penjual keliling yang menggunakan sepeda motor. Pedagang yang khusus memasok kebutuhan makan para pekerja proyek dengan harga terjangkau.
Bayarnya dipotong dari gaji mingguan setiap hari Sabtu. Jadi, belanja pada hari-hari lain dicatat dalam buku.
Melihat ketekunan para pekerja dalam berpuasa tanpa mengurangi kualitas kerja, membuat senang. Terkadang saya membelikan nasi bungkus dari Rumah Makan Padang. Oh ya, nasi bungkus Padang adalah sebuah kemewahan bagi para tukang.
Demikian sekelumit kisah menjalankan ibadah puasa di tengah kerasnya pengerjaan proyek, berserta segala godaannya.
Meski terasa lebih terik dibanding bulan-bulan lainnya, semoga Ramadhan akan membakar dosa-dosa mereka yang sungguh-sungguh menunaikan ibadah puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H