Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Membatalkan Puasa dengan Air Kelapa Muda

4 April 2022   17:59 Diperbarui: 4 April 2022   18:14 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minum air kelapa muda yang menyegarkan (dokumen pribadi)

 

Air kelapa muda memang cocok untuk membatalkan puasa. Mengatasi rasa haus yang sedang kami alami, tapi waktu berbuka masih enam jam lagi. Masih lama!

Permulaan bulan puasa biasanya banyak godaan. Hari pertama ngadem di rumah, atau tidur, sebab libur. Hari kedua ada godaan-godaan untuk menuntaskan rasa haus dan lapar.

Eddy, Freddy, dan saya bermaksud mendatangi sebuah kantor untuk menandatangani Surat Perintah Kerja. Proyek pertama.

Jaraknya tidak jauh bila ditempuh dengan kendaraan, dihitung dari kantor kami. Bukan kantor sih. Garasi rumah Eddy yang dijadikan tempat kerja.

Kelak jika sudah maju, kami akan menyewa ruko atau perkantoran yang sesungguhnya. Sementara mobil Jip kebanggaan milik Eddy ditaruh di luar. Dengan mobil gagah itulah kami hendak melakukan perjalanan.

Seusai penandatanganan kontrak, kami kembali ke kantor dengan hati gembira. Pengatur suhu kabin kendaraan turut bersukacita, mengembuskan hawa sejuk. Namun di depan lalu lintas macet. Sinar matahari memancar ganas. Cuaca di luar terasa sangat panas.

AC tidak mampu mengatasi gerah. Boleh jadi perangkat pengatur suhu itu kurang berfungsi. Bisa juga atap terpal terlalu menyerap hawa panas.

Ya, mobil jip menggunakan penutup kabin berupa terpal. Bukan atap keras (hard top) dengan peredam panas.

Alhasil sisa perjalanan dihadapi dengan gelisah. Berlembar-lembar tisu dihabiskan untuk menghapus keringat. Tenggorokan mengering. Puasa hari kedua di dalam mobil jip beratapkan terpal amat menyiksa

Aspal tampak berkilau. Tiada pelindung, seperti pohon trembesi atau asem yang daun-daunnya membentuk payung. Meranggas. 

Pada satu lokasi terlihat bangunan sementara terbuat dari kayu dengan penutup biru. Di bawah saung tersebut terlihat tumpukan kelapa. Sebagian darinya sudah ada yang dikupas pada ujungnya.

Air kelapa muda memang cocok untuk membatalkan puasa. Mengatasi rasa haus yang sedang kami alami, tapi waktu berbuka masih enam jam lagi. Masih lama!

"Enaknya berhenti dulu. Istirahat sambil meneguk air kelapa muda."

Tidak jelas apakah itu gurauan atau serius, Eddy menanggapi dengan mengarahkan moncong kendaraan pada salah satu saung. Mematikan mesin jip. Otomatis kami membuka pintu.

Tanpa ragu Eddy memesan kelapa muda. Dengan cekatan, sang penjual memotong ujung-ujung kelapa, memasukkan es, gula, dan sedotan, lalu menyodorkan kepada Eddy. Sepertinya menyegarkan.

Freddy pun tergerak. Meminta satu butir. Kemudian menyeruput cepat dan memesan lagi satu butir kelapa muda tambahan.

Melihat dua teman menghirup kenikmatan, saya ikut tergoda, tapi hati kecil melarang membatalkan puasa yang sudah berjalan setengah hari. Kebalikannya, rasa dahaga memancing agar segera memesan kelapa muda.

Ada pertentangan batin. Namun imbauan nurani lebih terdengar, daripada teriakan haus.

  1. Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah wajib bagi laki-laki muslim, baligh, berakal sehat atau tidak sedang mabuk, secara fisik mampu menunaikan ibadah, mengetahui kapan puasa dimulai (sumber).
  2. Tiada alasan yang memenuhi syarat batalnya puasa bagi laki-laki. Tidak dalam keadaan sakit. Tidak sedang berlaku sebagai musafir. Tidak dalam keadaan tua renta. Tidak dalam keadaan dehidrasi berat dan sangat letih (sumber).
  3. Sekalinya batal, maka selanjutnya akan sulit menunaikan ibadah puasa dengan sempurna.
  4. Nikmatnya air kelapa muda untuk mengatasi haus pada siang hari adalah hanya godaan semata.

Jadi, pikiran untuk membatalkan puasa pada siang hari runtuh oleh suara nurani yang jernih. Tiada alasan batal puasa.

Oleh karena itu, seperti halnya teman-teman yang memulai, saya juga memesan satu butir kelapa muda. Tanpa tambahan gula dan es. Dibungkus.

Percayalah, betapa sangat nikmat menyeruput air kelapa muda, nanti ketika azan magrib berkumandang mengiringi matahari terbenam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun