Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Rindu terhadap Tradisi Menyambut Ramadhan

3 April 2022   09:55 Diperbarui: 3 April 2022   10:07 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Datangnya bulan Ramadhan 1443 H disambut meriah masyarakat muslim di Indonesia. Terdapat berbagai tradisi menyambut bulan suci di berbagai daerah. Dari yang bersifat individual hingga komunal. Membersihkan diri, mengirim doa kepada orang tua dan para pendahulu, ziarah kubur, makan bersama dan seterusnya.

Dikutip dari kompas.com, tradisi yang biasa dilakukan dalam menyambut bulan suci adalah, di antaranya:

1. Padusan. Berendam atau mandi pada sumber mata air sehari sebelum puasa, dimaksudkan untuk membersihkan jiwa dan raga. Dilakukan oleh masyarakat di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

2. Tukuder dan makan telur ikan. Menjelang ramadhan, masyarakat Kendal melakukan tradisi Tukuder atau membeli (tuku) makanan. Juga memakan telur sejenis ikan pari bernama mimi. Mereka mempercayai, telur ikan Mimi biasa disantap oleh penyebar agama Islam pada masa lampau.

3. Mohibadaa. Warga Gorontalo, Sulawesi, membalurkan wajah dengan rempah, terbuat dari tepung beras, humotopo (kencur), bungale (bangle), alawahu (kunyit), menjelang puasa. Masker wajah ini digunakan agar menjaga kulit tidak kering, saat cuaca panas di bulan menjalankan puasa.

4. Dandangan. Diawali dengan kebiasaan para santri berkumpul di depan Masjid Menara Kudus, sambil menunggu penentuan awal Ramadhan. Lalu Kirab Dandangan, yang menampilkan budaya setempat, dan kegiatan lain-lain. Keramaian tersebut diikuti oleh munculnya para pedagang.

4. Malamang. Tradisi Malamang dilakukan oleh warga Kota Padang, Sumatera Barat. Penganan terbuat dari beras ketan yang dimasak dalam selongsong bambu dibakar.

5. Nyadran. Tradisi menyambangi atau berziarah ke makam orang tua, leluhur, dan kerabat untuk mendoakan mereka. Tradisi nyadran umumnya dilakukan oleh warga Jawa Tengah, tetapi kebiasaan ziarah kubur juga dilakukan pada masyarakat di daerah lainnya.

6. Arwah Jamak. Sebuah tradisi warga Demak, yakni kegiatan berkumpul dan membaca doa bersama menyambut datangnya Ramadhan, serta mendoakan arwah para leluhur. 

Kegiatan ini juga dilakukan selama sepuluh hari terakhir pada malam ganjil bulan Ramadhan.

7. Meugang. Tradisi di Aceh, di mana warga membeli dan memasak daging sapi secara bersama-sama, lalu menyantapnya bersama keluarga, tetangga, anak yatim, dan fakir miskin.

Selain tradisi tersebut di atas, saya sempat menikmati kebiasaan di beberapa lingkungan dalam rangka menyambut dan selama bulan Ramadhan, seperti:

  1. Cucurak. Sebelum puasa, warga Bogor dan Sukabumi berkumpul dan makan bersama. Hidangan didapat dengan cara membeli atau disantap di rumah makan. Paling unik adalah cucurak dengan makan bersama hasil olahan bersama, atau disebut nge-botram.
  2. Membangunkan Sahur. Mengumumkan melalui toa masjid atau dengan "beduk sahur" berkeliling kampung, agar warga yang hendak menjalankan ibadah puasa bersiap-siap makan sahur.

Adanya tradisi turun temurun dan kebiasaan tersebut menambah suasana meriah, namun khidmat, menyambut bulan suci Ramadhan. Kebersamaan yang menyatukan warga dalam sebuah perayaan, lepas dari situasi pengutuban sosial tidak berkesudahan akibat perbedaan pilihan politik sebelumnya.

Namun tradisi kebersamaan itu tidak terasa di sekitar saya. Warga sekitar merupakan masyarakat majemuk yang mayoritas perantau, atau terlahir dari keluarga pendatang.

Umumnya merupakan warga yang pulang ke kampung halamannya. Mudik. Bukan kembali pulang setelah merantau.

Sedikit banyak, hal itu berpengaruh terhadap tradisi menyambut ramadhan. Juga lebaran. Maka kebiasaan warga lingkungan masyarakat majemuk di perkotaan menjelang bulan suci Ramadhan menjadi:

  1. Menyalakan petasan pada saat dan setelah waktu tarawih;
  2. Berkumpul di tepi jalan utama, pamer kendaraan dan kebut-kebutan dengan suara bising.

Saya merindukan tradisi kebersamaan yang indah. Bahkan kangen mendengar beduk keliling membangunkan sahur yang hari ini tiada. Barangkali masih hari pertama bulan Ramadhan 1443 Hijriah. Mungkin mereka masih ingin bergelut dengan guling setelah subuh.

Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga kita senantiasa dilimpahkan berkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun