Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Takluk, HET Minyak Goreng Dicabut

19 Maret 2022   05:59 Diperbarui: 19 Maret 2022   06:05 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua potong tempe goreng di penjual gorengan potong (dokumen pribadi)

Beda antara minyak goreng kemasan dengan curah terletak pada proses penyaringan. Minyak goreng kemasan mengalami dua kali penyaringan, sedangkan minyak goreng curah hanya sekali. Oleh karena itu, minyak goreng curah cenderung lebih mudah tengik dan teroksidasi (sumber).

Meskipun menggunakan minyak goreng yang jauh lebih mahal dari sebelumnya, para penjual gorengan itu tidak mau menaikkan harga.

Menurut Emak penjual nasi uduk dan gorengan yang mangkal di halaman rumah saya, konsumen akan kabur bila harga jual dinaikkan. Penjual gorengan berjarak 100 meter dari rumah, menaikkan harga menjadi Rp 2.500 per 2 potong (Rp 1.250/potong). Esoknya, pembeli pindah ke warung Emak.

Saya lihat selintas, irisan tempe dan bahan gorengan lainnya menipis atau mengecil. Entahlah.

Jadi, agar barang dagangan terjual habis, penjual gorengan bertekuk lutut kepada "kemauan tak terucap" konsumen untuk tidak menaikkan harga.

Terpenting, modal Rp 100.000 hingga Rp 200.000 bisa berputar, kendati keuntungan kian menipis. Mungkin kelak diam-diam harga dinaikkan ketika konsumen menerimanya sebagai kelaziman.

Demikian pula tatanan jauh di atas sana, takluk menghadapi situasi pasar: stok dan harga minyak goreng tidak terkendali.

Akhirnya pemerintah takluk. Lalu menyerah kepada mekanisme pasar yang bekerja menyeimbangkan permintaan dan penawaran. Mencabut HET minyak goreng demi tersedianya kembali minyak goreng di pasaran.

Boleh jadi HET minyak goreng akan ditetapkan kembali, setelah minyak kelapa sawit mencapai harga kesetimbangan (equilibrium). Kelak. Entah kapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun