Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Introspeksi atas Kegagalan Tanpa Menyalahkan Pihak Lain

3 Maret 2022   09:58 Diperbarui: 3 Maret 2022   15:37 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca perilaku tercela di masa lalu. Meninjau ke dalam lalu memenjara amarah dan api iri dengki. Kegagalan diri yang tidak ditimpakan ke pihak lain.

Hari raya Nyepi atau perayaan tahun baru kalender Saka (Caka) menjadi kesempatan untuk melakukan introspeksi diri, dengan cara yang sepi atau menyepi (pemaknaan dari eksplanasi I Gede Pitana, Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana-pen.).

Bagi para penganut, Nyepi adalah masa suci untuk merenung tentang sikap, kelemahan, kesalahan diri agar dikoreksi dan diperbaiki di kemudian hari. Perenungan yang dikenal sebagai Catur Brata Penyepian, meliputi:

  1. Amati geni (tidak menyalakan api).
  2. Amati karya (tidak bekerja).
  3. Amati lelungan (tidak berpergian).
  4. Amati lelanguan (tidak melakukan kegiatan hiburan).

Selengkapnya dapat dibaca di sini.

Merenung. Introspeksi ke dalam diri dengan tidak mempertimbangkan tanpa memperhatikan (atau menyalahkan) unsur luar. Lalu "marah-marah" kepada pihak lain ketika mengalami kegagalan.

Saya sempat mengalami hal ini. Sebab kegagalan dalam sebuah usaha mencari keuntungan, lantas mulai menyalahkan: pegawai, eskalasi biaya produksi, dan faktor eksternal lainnya. Dalam keadaan putus asa, lari ke "orang pinter" mencari pencerahan.

Namun bukan itu jawabannya.

Pergi ke orang pinter ibarat insan yang kebingungan ketika hendak mengirimkan berita kepada seorang kawan. Padahal isi pesan sudah ditulis lengkap di layar telepon genggam. Berangkat ke orang pinter, menyerahkan HP yang menanyakan nomor yang akan dituju. Mengetik angka-angka. Lalu memencet tombol hijau. Terkirim!

Insan kebingungan itu tersenyum dan menyerahkan amplop sesuai tarif.

Bukan begitu. Mestinya insan kebingungan bisa melakukan dengan kemampuan sendiri. Tanpa adanya unsur mistis apalagi klenik.

Dengan merenung. Introspeksi diri, meninjau kesalahan yang saya perbuat di masa lalu, secara sadar maupun tidak, yang mengakibatkan kegagalan.

Bisa saja sebelumnya pernah menyakiti orang lain. Pernah berlaku curang di dalam kegiatan usaha. Pernah berbuat korupsi. Dan perbuatan-perbuatan buruk yang tidak disadari. Tidak pernah disadari. Tidak pernah dihitung.

Cara merenung yang mendalam itu saya pelajari dari seorang santri lulusan pesantren di Gresik, melalui skema non-klenik:

  1. Menghindari sikap emosional. Untuk itu perlu "penghancuran" ego dengan metode breakthrough (diterangkan pada kesempatan lain).
  2. Mengajak berpikir logis terhadap segala persoalan.
  3. Belajar berpikir dan berlaku tenang melalui meditasi. Dilakukan di alam terbuka agar menikmati, bersyukur atas karunia telah diberikan. Merenung lalu berkonsentrasi penuh menyatu dengan alam semesta (kosmos mikro dan makro). Dipraktikkan secara rutin.
  4. Belajar mengakui kelemahan sendiri, tidak serta-merta menimpakan kesalahan kepada pihak lain atas kegagalan.

Perenungan mendalam tersebut telah membawa kepada kehidupan lebih baik, menurut ukuran saya sendiri. Bisa jadi berbeda menurut kacamata orang lain. Perenungan dalam sepi sebagai introspeksi diri, tanpa mengalamatkan kesalahan kepada pihak lain.

Paling penting, dalam perkembangan selanjutnya saya lebih tenang menghadapi berbagai persoalan hidup.

Bukankah permasalahan hidup senantiasa ada selama kita masih bernapas?

Selamat Hari Raya Nyepi 2022, Tahun Baru Saka 1944 bagi umat yang merayakannya. Semoga kita selalu dalam lindunganNYA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun