Bisa saja sebelumnya pernah menyakiti orang lain. Pernah berlaku curang di dalam kegiatan usaha. Pernah berbuat korupsi. Dan perbuatan-perbuatan buruk yang tidak disadari. Tidak pernah disadari. Tidak pernah dihitung.
Cara merenung yang mendalam itu saya pelajari dari seorang santri lulusan pesantren di Gresik, melalui skema non-klenik:
- Menghindari sikap emosional. Untuk itu perlu "penghancuran" ego dengan metode breakthrough (diterangkan pada kesempatan lain).
- Mengajak berpikir logis terhadap segala persoalan.
- Belajar berpikir dan berlaku tenang melalui meditasi. Dilakukan di alam terbuka agar menikmati, bersyukur atas karunia telah diberikan. Merenung lalu berkonsentrasi penuh menyatu dengan alam semesta (kosmos mikro dan makro). Dipraktikkan secara rutin.
- Belajar mengakui kelemahan sendiri, tidak serta-merta menimpakan kesalahan kepada pihak lain atas kegagalan.
Perenungan mendalam tersebut telah membawa kepada kehidupan lebih baik, menurut ukuran saya sendiri. Bisa jadi berbeda menurut kacamata orang lain. Perenungan dalam sepi sebagai introspeksi diri, tanpa mengalamatkan kesalahan kepada pihak lain.
Paling penting, dalam perkembangan selanjutnya saya lebih tenang menghadapi berbagai persoalan hidup.
Bukankah permasalahan hidup senantiasa ada selama kita masih bernapas?
Selamat Hari Raya Nyepi 2022, Tahun Baru Saka 1944 bagi umat yang merayakannya. Semoga kita selalu dalam lindunganNYA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H