Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Introspeksi atas Kegagalan Tanpa Menyalahkan Pihak Lain

3 Maret 2022   09:58 Diperbarui: 3 Maret 2022   15:37 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944 dengan menerapkan protokol kesehatan (Antara Foto/Nyoman Hendra melalui kompas.com)

Membaca perilaku tercela di masa lalu. Meninjau ke dalam lalu memenjara amarah dan api iri dengki. Kegagalan diri yang tidak ditimpakan ke pihak lain.

Hari raya Nyepi atau perayaan tahun baru kalender Saka (Caka) menjadi kesempatan untuk melakukan introspeksi diri, dengan cara yang sepi atau menyepi (pemaknaan dari eksplanasi I Gede Pitana, Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana-pen.).

Bagi para penganut, Nyepi adalah masa suci untuk merenung tentang sikap, kelemahan, kesalahan diri agar dikoreksi dan diperbaiki di kemudian hari. Perenungan yang dikenal sebagai Catur Brata Penyepian, meliputi:

  1. Amati geni (tidak menyalakan api).
  2. Amati karya (tidak bekerja).
  3. Amati lelungan (tidak berpergian).
  4. Amati lelanguan (tidak melakukan kegiatan hiburan).

Selengkapnya dapat dibaca di sini.

Merenung. Introspeksi ke dalam diri dengan tidak mempertimbangkan tanpa memperhatikan (atau menyalahkan) unsur luar. Lalu "marah-marah" kepada pihak lain ketika mengalami kegagalan.

Saya sempat mengalami hal ini. Sebab kegagalan dalam sebuah usaha mencari keuntungan, lantas mulai menyalahkan: pegawai, eskalasi biaya produksi, dan faktor eksternal lainnya. Dalam keadaan putus asa, lari ke "orang pinter" mencari pencerahan.

Namun bukan itu jawabannya.

Pergi ke orang pinter ibarat insan yang kebingungan ketika hendak mengirimkan berita kepada seorang kawan. Padahal isi pesan sudah ditulis lengkap di layar telepon genggam. Berangkat ke orang pinter, menyerahkan HP yang menanyakan nomor yang akan dituju. Mengetik angka-angka. Lalu memencet tombol hijau. Terkirim!

Insan kebingungan itu tersenyum dan menyerahkan amplop sesuai tarif.

Bukan begitu. Mestinya insan kebingungan bisa melakukan dengan kemampuan sendiri. Tanpa adanya unsur mistis apalagi klenik.

Dengan merenung. Introspeksi diri, meninjau kesalahan yang saya perbuat di masa lalu, secara sadar maupun tidak, yang mengakibatkan kegagalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun