Senja berangsur padam. Takzim menyambut kelam. Azan magrib menggema. Indah. Suasana khusyuk meliputi. Di depan masjid anak-anak bersukacita "gol...!!"
Pertama kali menginjakkan kaki di kota hujan, saya merasakan suasana syahdu. Kota kecil sejuk berlatar kehidupan warga beriman.
Semesta seolah senyap sebelum azan magrib berkumandang. Jalanan sunyi.
Warga menghentikan kegiatan. Bersiap-siap menuju surau. Bocah, remaja, dan para tetua mengaji dan bertafakur bersama menunggu tibanya waktu beribadah kepada Allah SWT.
Sekitar pukul tujuh malam toko-toko di pusat kota dan Pecinan memadamkan lampu, lalu menutup pintu-pintu.
Bersama gigilnya malam saya sendirian mengendarai sepeda motor, jam setengah sembilan melintasi jalan utama, seusai berkunjung ke rumah teman. Tiada terlihat orang keluyuran.
Kota Bogor pada tahun 1980 memang masih terasa sejuk juga damai. Secara iklim maupun kehidupan sosial.
Warga takzim menyambut kedatangan waktu salat. Tidak hanya saat magrib, tetapi di waktu-waktu lainnya.
Ketika masih berusia dini, saya --dan mungkin anak-anak lain-- diajarkan untuk menjunjung tinggi tiang agama.