Teorinya sih masuk. Kenyataannya?
Pada bulan April 2021 kembali perajin tahu tempe menjerit, akibat kenaikan harga kedelai.
Baca selengkapnya:Â Perajin Tahu Tempe Menjerit, Harga Kedelai Kembali Melangit
Setelah di Januari 2021 harga kedelai naik dari Rp 7.200 menjadi Rp 9.200, pada bulan Maret-April tahun itu juga sempat naik menjadi Rp 10.200 per kilogram. Berikutnya kembali "normal" ke kisaran angka 9 ribuan (harga dijaga).
Sekali lagi pemerintah hanya bisa bertindak reaktif. Syahrul Yasin Limpo pada saat itu (29/3/2021) berjanji akan melipatgandakan produksi tanaman kedelai dalam rentang waktu dua kali tanam. Atau 200 hari setelah ia mengucapkan janji.
Ealah, sampai hari ini rencana indah di atas kertas itu tidak terealisasi. Saat ini kembali perajin tahu tempe menggugat kenaikan harga kedelai.
Otoritas lain, Kementerian Perdagangan hanya mampu menjaga ketersediaan. Mengamankan stok kedelai sampai dua bulan ke depan, berapa pun harga perolehan kedelai impor.
Maka patut dipertanyakan lagi mengenai kemandirian produksi kedelai domestik.Â
Hal ini berkaitan erat dengan fungsi Kementerian Pertanian dalam perkara, di antaranya: perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan dalam rangka peningkatan produksi pertanian, seperti padi, jagung, kedelai, tebu, daging, dan pertanian lainnya (disarikan dari laman pertanian.go.id).
Artinya, pemerintah melalui lembaga-lembaganya dari waktu ke waktu mencanangkan kemandirian produksi kedelai domestik. Kerangka besarnya adalah swasembada pangan.
Rencananya; Targetnya; Maunya mampu menghasilkan kedelai dari hasil tanaman dalam negeri. Menjaga bahan pangan strategis dari vulnerability harga dunia. Tentunya lembaga itu telah membuat road map keren nan dahsyat ketika dipresentasikan.
Institusi yang pasti memiliki beragam ahli pertanian dan perencana strategis. Berbeda dengan saya yang cuman man on the street.