Sekumpulan mahasiswa menyewa kamar kos di tempat sama. Mereka perantau dari Jakarta.
Demikian agar bisa saling tolong bila ada yang mengalami kesulitan. Atau silih mengingatkan agar bangun pagi.
Satu di antaranya memang kebluk. Harus dibangunkan untuk berangkat awal, karena tidak terbiasa bangun saat hari masih dingin.
Ia merupakan aktifis. Bukan saja sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa, tetapi juga aktif berkegiatan di lingkup mahasiswa lintas perguruan tinggi. Pun kerap turut dalam forum-forum diskusi LBH warisan Bung Adnan Buyung Nasution (alm).
Sampai dewasa, kariernya tidak beranjak jauh dari dunia politik.
Saat pulang dari kuliah, seorang kawan panik. Kunci kamarnya tercecer entah di mana. Para sahabat membantu sebisanya supaya ia bisa beristirahat.
Ada yang menggunakan kawat, ia berusaha mencongkel lubang kunci. Gagasan dari film laga tersebut tentu saja gagal.
Sementara sahabat aktivis diam. Memikirkan sesuatu, "aha! Aku tahu caranya. Buka dua kaca nako berikut teralisnya."
Nako adalah jendela bersusun horizontal terdiri dari sejumlah kaca dan batang teralis memanjang. Biasa dipakai pada rumah tahun 1970-an.
Kawan tersebut berteori, "apabila kepala sudah masuk, badan pasti lolos."
Lalu tiga atau empat kawan membopongnya, mendatar ke arah nako sudah bolong.
Kepala telah masuk ke dalam kamar.Â
Namun perutnya tersangkut. Tidak bisa lolos. Demikian karena lemak yang melindungi alat pencernaan mahasiswa aktivis tersebut terlalu tebal.
Sampai sekarang, mantan anggota DPR RI dua periode dan eks Duta Besar itu badannya masih subur. Perut buncitnya kian membukit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H