Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ini Cara agar Anak Suka Makan Sayur, dengan Mengajak bukan Mengajarkan

9 Januari 2022   08:47 Diperbarui: 11 Januari 2022   12:21 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tumis kangkung oleh cegoh dari pixabay.com

Fried chicken, burger, dan pizza merupakan makanan favorit seorang keponakan. Sayur, tempe, dan olahan tradisional lain tidak ada di dalam kamusnya

Bahkan sampai dengan punya buntut 3 putri yang cantik, ia tidak pernah doyan sayur. Dimasak dengan cara apa pun. Sayur sup hanya akan diambil daging atau ayamnya saja. Kubis, wortel, buncis ditinggalkan dalam mangkuk saji.

Jangan tanya, bagaimana ia memperlakukan kangkung cah, cap cay, sayur bening, lalap, tempe tahu goreng, aneka olahan ikan, dan seterusnya. Tidak bakal disentuh!

Sebaliknya, pria tersebut mampu menghabiskan lebih dari satu potong burger, fried chicken, atau pizza. Saya menggunakan istilah fried chicken, bukan ayam goreng, agar tidak menyebut produk sebuah gerai waralaba asing. 

Makanan lokal yang bisa disantap oleh pekerja serabutan itu adalah seumpama: pecel ayam atau ayam goreng penyet. Lalap, tempe, bakal disisakan.

Kebiasaan tersebut terbentuk semenjak ia kecil. Maklum, bapaknya merupakan pengusaha sukses. Sepupu saya itu mengguyur anak-anaknya dengan makanan gaya kekinian. Masakan rumah tidak lepas dari olahan daging dan ayam.

Berbeda halnya dengan putri saya yang demikian mudah menyantap tumisan sayur, lalapan, tempe tahu, ikan, teri, dan nyaris semua masakan tradisional. Ia pun tidak akan ragu makan di warteg.

Bukan berarti tidak menyantap makanan gaya asing (junk food dan sebagainya), tetapi penganan tersebut tidak menjadi keharusan. Saat saya mengelola kafe, anak saya cukup akrab dengan steak, pizza, chicken teriyaki, pasta Itali, dan lain-lain.

Lantas bagaimana bisa berbeda kebiasaan antara keponakan dengan anak saya?

Beruntung saya memperoleh pengasuh yang telaten membuat makanan padat untuk bayi. Ketika usia anak saya (6 bulan atau setahun, saya lupa) sudah boleh makan asupan padat, baby sitter tersebut mengolah makanan dari bahan yang dibeli dari tukang sayur. Tentu saja kecuali sereal atau semacamnya.

Semakin besar ia dibiasakan menyantap makanan olahan sendiri, apa saja termasuk sayur. Namun petai dan jengkol tidak termasuk dalam menu.

Kebetulan saya hobi memasak. Selama perkembangan usia, anak saya terbiasa menyantap olahan sayur dan masakan rumahan. Ada sih sesekali makan di gerai makanan waralaba asing.

Dalam proses pengolahan masakan, saya mengajak anak saya untuk ikut terlibat, dalam batas-batas yang tidak berisiko. Ini akan meningkatkan keinginan untuk menyantap hasil "olahan sendiri". Kegairahan tersebut dapat terlihat di meja makan.

Sampai sekarang, sayur favoritnya adalah: brokoli, buncis dimasak apa saja, kangkung, bayam, dan lalapan mentah (terutama daun pohpohan, tanaman dataran tinggi yang berbentuk mirip daun sirih).

Sebetulnya apa manfaat makan sayur, khususnya bagi anak?

Dari berbagai sumber diperoleh gambaran tentang manfaat menyantap olahan sayur, sebagai berikut:

  1. Memberikan asupan serat penting untuk menyehatkan sistem pencernaan, agar nutrisi diserap dengan optimal.
  2. Sayur, juga buah, dikenal kaya akan berbagai vitamin, mineral, dan nutrisi penting bagi tumbuh kembang anak.
  3. Menghindarkan anak dari risiko kegemukan, ahli kesehatan menyarankan agar anak mengonsumsi sayuran segar daripada makanan bergula dan junk food.
  4. Kondisi sehat dapat membuat anak bersemangat dalam beraktivitas.
  5. Sebagai sumber energi

Ilustrasi manfaat sayur dari P2PTM Kemenkes RI
Ilustrasi manfaat sayur dari P2PTM Kemenkes RI

Bagaimana membuat anak suka makan sayur?

Maka mengikuti uraian di atas, berikut disampaikan saran-saran agar anak terbiasa makan sayur:

  1. Membiasakan anak mengonsumsi sayur, sejak usia dibolehkan menerima asupan makanan padat.
  2. Diutamakan mengolah sendiri asupan sayuran segar, kendati di pasaran telah tersedia bubur sayur instan/pabrikan.
  3. Perbanyak variasi olahan sayur agar dapat memenuhi selera anak. Jenis sayur-mayur bisa itu-itu saja, tapi variasi mengolah akan membuatnya kaya.
  4. Kurangi sebisa mungkin mengonsumsi makanan junk food. "Rasa enak" berlebih dari makanan itu akan merusak selera anak terhadap makanan lain.
  5. Mengajak anak dalam proses mengolah masakan sayur. Kegairahan dalam proses memasak dapat meningkatkan selera.

Demikian kiranya cara-cara, yang menurut pengalaman saya, dapat membuat anak berselera makan masakan sayur. 

Dengan mengajaknya bersenang-senang makan sayur, bukan dengan cara mengajarkan atau memaksa secara verbal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun